Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Tak lupa kacang akan kulitnya. Itulah Yossi Benayoun, yang tetap merasa dirinya warga kota gersang Negev di Israel, walau sudah menjadi bintang di kompetisi sebesar La Liga atau Premier League. Dari Negev dulu ia bersama ayahnya biasa ikut mobil orang lain untuk berlatih di Hapoel Be'er Sheva, yang berjarak 60 km.
"Hidup saya di sana biasa saja seperti yang lain. Keluarga saya masih di sana, tinggal di tengah gurun. Kehidupannya memang berbeda dari di Inggris, tapi itulah rumah saya, salah satu kota terkecil dan termiskin di Israel," ungkapnya kepada The Independence.
Bahkan ketika keluarga Benayoun pindah ke Amsterdam, Belanda, karena Yossi, yang saat itu berusia 15 tahun, direkrut Ajax Junior, mereka mengaku tak betah dan pulang kandang. Karena itu, Benayoun sempat dicerca media Israel karena dianggap menyia-nyiakan kesempatan untuk bermain di liga besar Eropa.
"Itu masa-masa yang sulit, termasuk buat pacar saya, Mirat (sekarang istrinya), yang juga masih 15 tahun. Saya terpaksa bilang ke Ajax, 'Maaf, saya ingin pulang'. Uang memang penting, tapi banyak hal lain yang lebih penting. Kebahagiaan tak bisa dihargai dengan uang," ucap Benayoun, yang hanya bertahan delapan bulan di Amsterdam.
(Penulis: Rahayu Widiyarti)