Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Film Propaganda Gagal FIFA

By Suryo Wahono - Kamis, 11 Juni 2015 | 23:03 WIB
Tim Roth berperan sebagai Sepp Blatter (Getty Images)

Setelah setahun film United Passions diputar perdana di Festival Film Cannes, FIFA akhir pekan lalu merilis secara terbatas film ini di 10 bioskop di Amerika Serikat.

Meski menggunakan bintang film top seperti Gerard Depardieu, Sam Neill, dan Tim Roth (sebagai Sepp Blatter), film ini hanya mencatat pemasukan 607 dolar (sekitar 8 juta rupiah)!
Depardieu merupakan pemeran tokoh Obelix dalam beberapa film Asterix dan Obelix. Roth tampil dalam film seperti Pulp Fiction, Hoodlum, The Incredible Hulk, atau Grace of Monaco. Sam Neill tampil di Jurassic Park I, II, 
dan III.
Situs resensi film, IMDB, menyebut film ini hanya menghasilkan 9 dolar di sebuah bioskop di Kota Phoenix, Arizona, AS. Artinya, hanya ada satu orang yang membeli tiket guna menyaksikan film ini di bioskop tersebut!
Rendahnya pemasukan tersebut mencerminkan buruknya film ini. The Independent pada Oktober 2014 sudah melaporkan film ini hanya mendapatkan 190 ribu dolar dalam enam bulan setelah pemutaran di Cannes tersebut.
The Guardian menyebut film ini sebagai “murni kotoran sinematik” dan “hagiografi (riwayat hidup dan legenda orang-orang suci) absurd.”
New York Times juga memberi penilaian buruk dan menyebut film ini “salah satu film yang tak layak ditonton di era modern.”
Padahal FIFA mengeluarkan banyak uang buat memproduksi film ini. Federasi sepak bola dunia tersebut mengeluarkan 22,2 juta dolar dari total biaya sebesar 26,1 juta dolar. Uang itu berasal dari bujet Piala Dunia 2014.
Melihat deretan skandal yang terjadi dalam tubuh FIFA dalam beberapa pekan terakhir, penempatan waktu peluncuran film tersebut seperti sangat tidak pas. 
Terlebih film ini seperti mengagung-agungkan FIFA sebagai badan yang jauh dari skandal. Maklum, Presiden FIFA, Sepp Blatter, memiliki kuasa penuh atas jalan cerita.
“Saya tidak punya kebebasan membuat film sama sekali. Jika saya membuka film dengan sirene dan kilasan lampu patroli polisi seperti yang terjadi dalam penangkapan anggota FIFA beberapa waktu lalu, orang-orang dalam produksi film pasti akan berkata, ‘Apa yang kau lakukan?’” kata sang sutradara Frederic Auburtin di New York Times.
“Setiap kali kami menunjukkan sesuatu tentang Blatter, ia pasti akan mengoreksinya. Sungguh sulit karena ia adalah sang bos. Dia membantu produksi film ini lebih dari separuhnya, malah mencapai 80 persen,” ucap Auburtin lagi. (gun)

Meski menggunakan bintang film top seperti Gerard Depardieu, Sam Neill, dan Tim Roth (sebagai Sepp Blatter), film ini hanya mencatat pemasukan 607 dolar (sekitar 8 juta rupiah)!

Depardieu merupakan pemeran tokoh Obelix dalam beberapa film Asterix dan Obelix. Roth tampil dalam film seperti Pulp Fiction, Hoodlum, The Incredible Hulk, atau Grace of Monaco. Sam Neill tampil di Jurassic Park I, II, dan III.

Situs resensi film, IMDB, menyebut film ini hanya menghasilkan 9 dolar di sebuah bioskop di Kota Phoenix, Arizona, AS. Artinya, hanya ada satu orang yang membeli tiket guna menyaksikan film ini di bioskop tersebut!

Rendahnya pemasukan tersebut mencerminkan buruknya film ini. The Independent pada Oktober 2014 sudah melaporkan film ini hanya mendapatkan 190 ribu dolar dalam enam bulan setelah pemutaran di Cannes tersebut.

The Guardian menyebut film ini sebagai “murni kotoran sinematik” dan “hagiografi (riwayat hidup dan legenda orang-orang suci) absurd.”

New York Times juga memberi penilaian buruk dan menyebut film ini “salah satu film yang tak layak ditonton di era modern.”

Padahal FIFA mengeluarkan banyak uang buat memproduksi film ini. Federasi sepak bola dunia tersebut mengeluarkan 22,2 juta dolar dari total biaya sebesar 26,1 juta dolar. Uang itu berasal dari bujet Piala Dunia 2014.

Melihat deretan skandal yang terjadi dalam tubuh FIFA dalam beberapa pekan terakhir, penempatan waktu peluncuran film tersebut seperti sangat tidak pas. 

Terlebih film ini seperti mengagung-agungkan FIFA sebagai badan yang jauh dari skandal. Maklum, Presiden FIFA, Sepp Blatter, memiliki kuasa penuh atas jalan cerita.