Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
28.
Kata pembelot mungkin terdengar cukup keras, tapi tidak bagi Barcelonistas maupun Madridistas. Maklum saja, dua kubu ini seperti telah terlahir untuk saling membenci. So, jika ada salah satu dari mereka berani berganti seragam, konsekuensi harus siap diterima. Bisa berupa sindiran, cercaan, hingga lemparan kepala babi dan botol kosong.
Luis Figo pernah merasakan situasi tidak bersahabat seperti ini sebagai akibat dari keputusannya untuk berlabuh di Santiago Bernabeu. Sebelum ke Madrid, Figo telah lima musim membela Barca.
Kasus Samuel Eto’o juga tak kalah seru. Bomber Kamerun ini resmi bergabung dengan Madrid musim 1998. Akan tetapi, baru tampil tiga kali, ia langsung dipinjamkan ke Real Mallorca. Kurang lebih empat tahun di Son Moix, Eto’o hijrah ke Camp Nou.
Awalnya, tensi di antara kedua kubu tak terlalu tinggi. Namun, suhu langsung memanas setelah Eto’o melantunkan lagu bernada ejekan pada Madrid saat selebrasi juara Barcelona. Ujung-ujungnya, Eto’o mesti meminta maaf secara terbuka kepada publik Bernabeu.
Memang tak ada larangan tertulis maupun lisan untuk tidak saling menyeberang. Sebagai pemain profesional, klub mana pun yang dituju seharusnya tak menjadi masalah. Selama nilai transfer dan gaji yang diterima cocok, setiap pemain bebas hijrah sesuka hati.
Mungkin inilah dasar dari pertimbangan Saviola untuk menanggalkan kaus Blaugrana dan memakai seragam Los Blancos. "Saya merasa sangat bahagia kerena telah bergabung dengan salah satu klub terbaik dunia,” ujar Saviola pada situs resmi El Real.
Namun, El Conejo melanjutkan kalimatnya dengan nada aman. “Saya harus melupakan masa lalu dan menatap awal yang sama sekali baru. Saya sadar bahwa semula tak ada yang menginginkan kehadiran saya di sini. Tapi, saya pribadi sangat ingin bermain di sini.”
“Tak hanya sementara, tapi untuk jangka waktu lama. Saya janjikan bahwa dengan kehadiran saya, Madrid bakal menjalani musim hebat di tahun berikut,” kata penyerang yang mamulai karier profesionalnya di klub River Plate pada tahun 1998 tersebut.
Bagaimana kelanjutan nasib Saviola di Bernabeu? Sukses laksana Figo atau justru sebaliknya? Sebagai perbandingan, di bawah ini adalah rentetan pemain yang berhasil (acuannya adalah trofi yang mampu dipersembahkan) di kedua klub. Mampukah Saviola? Ini pantas untuk ditunggu.
(Penulis: Sapto Haryo Rajasa)