Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Selama ini Persipura selalu identik sebagai tempat lahirnya pemain sepakbola dengan bakat alam luar biasa di Tanah Papua. Kiblat itu mulai sedikit bergeser.
Munculnya kekuatan baru, Persiwa, di pentas kompetisi divisi utama pada dua musim terakhir menunjukkan pesepakbola berbakat tak hanya berasal dari Jayapura.
“Budaya sepakbola begitu mendarah daging dalam kehidupan masyarakat Wamena. Makanya saya tertantang untuk melatih ke sana,” ungkap Djoko Susilo, pelatih Persiwa.
Djoko benar. Saat berkunjung ke kota yang dikelilingi pegunungan Jayawijaya pekan silam, BOLA menangkap begitu kuat kultur sepakbola masyarakat Wamena.
Di setiap sudut kota, banyak masyarakat memakai kaus tim sepakbola, entah itu lokal maupun internasional. Anak-anak hingga remaja tak lupa bermain sepakbola di waktu senggang, baik di jalan ataupun di lahan kosong.
Stadion Pendidikan, yang berkapasitas 20.000 orang, tak pernah kosong jika Persiwa bertanding. Ambil contoh saat Persiwa menjamu Persiter di babak 64 besar Copa Dji Sam Soe 2007.
Mereka rela mengantre berjam-jam untuk membeli tiket dengan harga Rp 10-50 ribu. Pengorbanan penggila sepakbola Wamena untuk bisa datang ke stadion pun luar biasa. Banyak di antara mereka berjalan kaki puluhan kilometer dari rumah hanya untuk menonton klub idola beraksi.
Utamakan Lokal
Karena alasan fanatisme yang luar biasa pula Djoko mengutamakan pemain-pemain lokal. “Memang tak semua 100 persen asli Wamena. Sebagian berasal dari kota-kota kecil di sekitar Wamena, seperti Serui, Tolikara, atau Yahukimo. Persiwa jadi tempat penyaluran pemain berbakat Papua yang tak tertampung di Persipura,” jelas Djoko.
Metode Djoko cukup efektif. Sejak promosi dari divisi satu, prestasi tim berjulukan Badai Pegunungan Tengah itu terbilang lumayan.
Di LI 2006, mereka hampir saja lolos ke fase 8 besar jika tak tersalip Persiba di ujung babak reguler. Di Copa 2006, mereka baru bisa distop Semen Padang di babak 16 besar.
Pengakuan terhadap eksistensi pemain-pemain Persiwa telah didapat. Pilar muda Pieter, Geri Mandagi, dan Habel Satya dipanggil masuk timnas U-23.
“Kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mungkin tak bisa saya dapat jika bermain di Persipura. Di sana terlalu banyak pemain bintang. Sulit menjadi pemain inti,” jelas Habel, gelandang sayap kanan.
(Penulis: Peksi Cahyo)