Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Inilah Alasan Simon Santoso Tinggalkan Pelatnas

By Tulus Muliawan - Kamis, 19 Maret 2015 | 22:00 WIB
Simon Santoso, tinggalkan Pelatnas Cipayung. (Gonang Susatio/Bolanews)

Keputusan Simon Santoso sudah bulat. Setelah Agustus tahun 2014 kembali masuk ke Pelatnas Cipayung, kini pemain asal klub Tangkas Jakarta ini resmi meninggalkan kawah candradimuka bulu tangkis Indonesia tersebut.

Menurut Simon, alasan juara Djarum Indonesia Terbuka 2008 dan 2012, peraih emas SEA Games 2011, juara Singapura Super Series dan Malaysia Grand Prix Gold 2014 ini, hengkang dari Cipayung adalah demi kenyamanan hati saja. Dia menyebut kondisinya di pusat pelatihan bulu tangkis Indonesia itu belakangan kurang kondusif.

“Saya memilih mundur dengan alasan mencari kenyamanan saja. Seperti di klub dulu setelah keluar dari Pelatnas Cipayung, saya juga merasa lebih nyaman dan tidak terbebani,” sebut Simon.

Meski tidak diungkapkan secara terbuka, suami dari Evelyn Carmelita ini merasa tidak dihargai. Sebagai pemain yang sudah dewasa, dirinya memang tidak menghamba untuk dihormati, tetapi dia melihat tidak ada keterbukaan di Pelatnas Cipayung.

Simon menyebut pada awalnya, dirinya didaftarkan PP PBSI untuk diberangkatkan berlaga ke turnamen Malaysia Super Series, April nanti. Turnamen ini satu rangkaian dengan Singapura Terbuka Super Series dan Selandia Baru Grand Prix Gold.

Namun, setelah mengukir hasil mengecewakan dalam turnamen seri Eropa seperti di Jerman Grand Prix Gold dan All England Premier Super Series lalu, tanpa sepengetahuannya, nama Simon kemudian malah dicoret untuk tampil ke Malaysia.

Yang membuat Simon semakin meradang, keputusan pencoretan namanya itu sebelumnya tidak dikomunikasikan oleh pengurus kepada dirinya.

"Dicoret atau tidak dikirim ke turnamen itu sesuatu yang biasa. Sebagai pemain, batal dikirim itu juga bukan sesuatu yang aneh. Apalagi hasil di seri Eropa lalu saya memang jeblok, jadi wajar kalau tidak jadi dikirim ke Malaysia Terbuka," tuturnya.

"Cuma, sebagai pemain, mengapa saya tidak diajak bicara dulu. Pencoretan itu malah tidak saya ketahui dari awal. Apa susahnya pengurus ngomong? Komunikasi pengurus dengan pemain memang tidak bagus," katanya.

Yang membuat Simon makin prihatin, ketika dia bertanya soal pencoretan yang tidak dibicarakan dengan dirinya itu, Simon seolah malah dipingpong. Pengurus yang satu dengan yang lain saling melempar tanggung jawab.

"Setelah saya tanya ke pengurus, mereka akhirnya malah ribut sendiri," tegasnya.