Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
“Sejak setahun lalu Evan Dimas membiayai sekolah ketiga adiknya dengan gaji yang ia terima dari Persebaya. Untuk tahun ini, Evan terancam tak bisa membayar sekolah dan memenuhi kebutuhan keluarganya karena penghasilannya dari sepak bola menurun drastis."
"Dihentikannya kompetisi oleh PSSI menyusul pembekuan organisasi itu oleh Menpora, ditambah dengan sanksi FIFA, menjadi faktor utama paceklik yang dia rasakan.
'Bagaimana ini, Bu? Sepak bola jadi seperti ini. Saya bingung harus bagaimana,' begitu kata Evan saat mengeluh kepada saya.
Meski saat ini masih ada sisa tabungan Evan yang bisa digunakan untuk menutupi kebutuhan keluarga, saya tak yakin itu akan cukup untuk beberapa bulan ke depan. Dia tulang punggung keluarga kami. Karena itu, Evan merasa sangat sedih ketika mengetahui sanksi FIFA sudah diturunkan.
Evan ingin mencoba peruntungan di luar negeri karena tak ada kompetisi di Indonesia. Mungkin di Malaysia atau Jepang. Saat Evan berpamitan kepada saya untuk berangkat ke Singapura, saya menangis. Saya tak ingin dia terbebani. Saya selalu mengingatkan Evan untuk tidak memikirkan keluarga berlebihan.
Saat ini, dia harus fokus ke kariernya sebagai pemain timnas. Sekarang yang bisa dia lakukan hanya memperkuat timnas di SEA Games, saya minta dia konsentrasi ke sana dulu.
Mungkin untuk negara ini yang haus prestasi, kerja keras anak saya dan pemain lain selama berlatih tidak ada harganya bila mereka kalah. Namun, sepak bola adalah mata pencaharian bagi banyak anak muda seperti Evan, yang menjadi tulang punggung untuk keluarga.”
Ana Darmono