Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Real dan Barca Kalah, Matinya Sexy Football

By Caesar Sardi - Jumat, 29 Mei 2015 | 15:52 WIB
Tak ada sexy football ala Barca di kandang Villarreal. (Jose Jordan/AFP)

Saat dipastikan mengambil alih pekerjaan Fabio Capello, Bernd Schuster menjanjikan sepakbola yang agresif dan menghibur dalam memburu kemenangan. Pendukung Madrid mengamininya sebagai sexy football, pertunjukan yang memikat dan memberi kepuasan.

Meski Madrid memimpin klasemen Primera Division, pasukan Schuster belum berhasil dengan stabil memperagakan permainan sentuhan halus, elegan, dan tanpa kesukaran membongkar pertahanan lawan.

Ketika Sabtu kemarin Los Blancos dipukul 1-2 oleh tuan rumah Espanyol, pendukung Madrid seolah mengubur impian menanti hadirnya sexy football itu. Raul Gonzalez dkk. tak sanggup keluar dari tekanan Espanyol, yang gigih mempersempit ruang gerak lawan.

Sikap ngotot Espanyol diperparah hilangnya performa terbaik sebagian besar pemain Madrid. Wesley Sneijder, yang digadang-gadang sebagai otak permainan, tampil out of perform bersama Guti.

Sundulan Albert Riera di menit pertama menggoyahkan kepercayaan diri Los Blancos setelah tiga lawan Madrid sebelumnya di kancah domestik tak mampu menjebol gawang Iker Casillas.

Skor menjadi 2-0 pada menit ke-52 saat umpan brilian Valdo dimanfaatkan dengan baik oleh Raul Tamudo. Tendangan chip Tamudo menorehkan luka pada juara bertahan.

Tapi, keunggulan itu membuat pertahanan Espanyol longgar, sementara Los Blancos seperti banteng terluka membangun serangan. Sayang, gol Sergio Ramos baru datang menjelang bubaran.

Madrid tidak punya cukup waktu lagi, padahal penampilan tak meyakinkan kiper Espanyol, Idriss Kameni, bisa menguntungkan El Real. Madrid menjadi korban keempat Espanyol secara beruntun. Sebelumnya Los Periquitos menekuk Sevilla (3-2), La Coruna (1-0), dan Valencia (2-1).

“Espanyol tampil sangat baik,” puji Schuster dalam jumpa pers. “Saya tak ingin mencari alasan kenapa kami kalah. Bila Anda bagian dari Real Madrid, Anda akan mengalami hal seperti ini.”

Tentu yang dimaksudkan Schuster adalah perlawanan gigih Espanyol. Artinya semua lawan ingin mengalahkan Madrid untuk mendongkrak kepercayaan diri di laga-laga berikut.

Barcelona

Di El Madrigal, gol cepat Santiago Carzola dan dua tendangan penalti Marcos Senna mengempaskan Barcelona 3-1. Villarreal meneruskan tradisi baik mereka saat menjamu The Catalans. Meski unggul dalam penguasaan bola dan kemampuan mengancam lawan, Barca menerima hasil pahit atas dua kali pelanggaran terhadap Robert Pires di kotak penalti.

Peragaan possession football pun dihadang oleh performa buruk The Catalans, yang memberi kesempatan pada lawan mendekati gawang Victor Valdes.

Seperti halnya Madrid, Barca, yang oleh banyak pihak disebut sebagai contoh terbaik sexy football saat ini, menelan kekalahan perdana musim ini.

Namun, secara jantan Rijkaard tidak menyalahkan faktor pertandingan internasional yang membuat pasukannya keletihan. Termasuk Ronaldinho, yang telat kembali usai membela Brasil dalam perburuan tiket Piala Dunia 2010.

Rijkaard memutuskan Dinho tak perlu tampil di El Madrigal. Tempatnya diberikan pada si bocah Bojan Krkic, yang memberi satu gol. Apakah pengorbanan itu demi mengamankan perjalanan The Catalans di kancah Liga Champion pertengahan minggu ini?

(Penulis: Weshley Hutagalung)