Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Mengkilapnya prestasi Persekabpas di ajang Copa Dji Sam Soe Indonesia 2007 tak lepas dari pengaruh polesan tangan arsitek tim Jorge Amaya. Pelatih asal Cili ini mengandalkan kolektivitas permainan, meski baru mengenal dan beradaptasi dengan tim hanya dalam tempo kurang dari satu bulan.
“Saya harus cepat bisa beradaptasi. Banyak pekerjaan yang harus diselesaikan jika ingin membawa tim ini berprestasi,” tutur Amaya.
Tugas ini tak mudah. Untuk memberikan instruksi pada Supriadi cs., mantan pemain timnas Cili ini masih harus memakai penerjemah. Apalagi saat ia datang, kondisi tim tengah terpuruk, baik secara prestasi maupun mental.
Tantangan bertambah berat karena Persekabpas langsung dihadang Arema di babak 32 besar CDSSI. Partai ini bisa dibilang penuh gengsi karena Arema adalah lawan bebuyutan Persekabpas di kawasan Jatim.
“Partai itu jadi ujian serius buat karier saya. Untung kami bisa melewatinya setelah melakukan perjuangan keras,” ujar Amaya.
Amaya meyakini satu hal dalam melatih. “Saya lebih suka pemain yang mau kerja buat tim daripada pemain bintang yang hanya cari nama sendiri,” ucap mantan pelatih yang pernah menukangi Olimpia (Paraguay) ini.
Hasilnya Persekabpas berubah. Selain mampu membenahi permainan dan strategi, motivasi Amaya pada pemain mampu membuat penampilan Persekabpas lebih menggigit. “Tanpa manajer dan pemain yang memberikan kepercayaan, saya tidak akan bisa berbuat apa-apa,” tambah Amaya.
Tugas berat lain menunggu Amaya. Manajemen Persekabpas menitahkan pasukannya menembus final CDSSI 2007. “Target harus tinggi dan realistis. Masuk final Copa masih cukup realistis sebagai target. Sudah kepalang tanggung,” tegas Udik Januantoro, manajer Persekabpas.
(Penulis: Indra Ita)