Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Real Madrid Demam

By Caesar Sardi - Rabu, 25 Februari 2015 | 13:33 WIB
Mijatovic dan Calderon, punya komentar yang berbeda tentang wasit. (Denis Doyle, Manuel Queimadelos Alonso/Getty Images)

Memalukan! Ancaman pembunuhan terhadap Turienzo Alvarez, oleh mereka yang mengaku pendukung Real Madrid, akhirnya memalukan klub ibu kota itu sendiri. Dukungan terhadap wasit asal daerah Basque itu disertai cibiran pada Los Blancos.

Tak bisakah Madrid menerima kekalahan dari Racing Santander ketika wasit tidak berpihak pada mereka? Ucapan seperti ini muncul ke permukaan hasil reaksi keras yang datang dari kubu Madrid setelah kemenangan Santander 2-1 pekan lalu.

Bahkan seorang pemain seperti Cesar Cruchaga, bek Osasuna, mengaku telah terbiasa mendapat keputusan kontroversial seperti dua penalti yang diberikan Alvares pada Santander. Katanya, “Selama ini Madrid selalu diuntungkan dengan kejadian seperti itu. Ketika situasinya berbalik, mereka pun menangisinya!”

Salah satu ucapan yang menyulut cemooh publik keluar dari mulut Predrag Mijatovic, Direktur Olahraga Madrid. Katanya, “Kejadian yang sangat aneh. Hal ini tak bisa dimaafkan. Apa yang mereka (wasit) perbuat terhadap kami tidak bisa dijelaskan. Dua penalti itu adalah keputusan yang sangat buruk!”

Hasilnya? Fokus pembicaraan atas kepemimpinan Alvares telah berbelok. Protes keras Fabio Capello, Guti, Cannavaro, Robinho, hingga Mijatovic di media massa menuai reaksi yang malah merugikan Madrid. Bahkan Komisi Disiplin RFEF akan menginvestigasi Pedja.

Integritas Wasit

Setelah Ivan Helguera dan mantan pemain Fernando Hierro meminta Los Blancos tidak menyalahkan wasit melalui media massa, sang presiden klub pun keluar kandang. Kata Ramon Calderon, el presidente, wasit pun bisa melakukan kesalahan. “Kami tak selayaknya meragukan integritas wasit dalam pekerjaannya.”

Kubu Madrid memang seperti kena demam. Dalam situasi sulit karena peluang meraih satu-satunya gelar dalam empat tahun terakhir terganggu, keputusan yang dianggap tidak menguntungkan Los Merengues begitu mudah disikapi secara negatif. Muncullah tuduhan adanya teori konspiratif guna menggagalkan peluang Madrid bertahta.

Gosipnya, hubungan Pedja dan Calderon pun panas-dingin akibat komentar sang presiden yang bertolak belakang dengan sikap direkturnya itu.

(Penulis: Weshley Hutagalung)