Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
idamkan Liga Champion, gelar bergengsi yang luput dari genggaman Mourinho bersama Chelsea.
Namun, bukan itu letak permasalahan utama. Faktanya Abramovich berharap Chelsea bisa tampil lebih atraktif dan entertaining. Itu yang membuat Abramovich sempat ngotot memboyong Ronaldinho pada bursa musim panas kemarin.
Tentu saja Mourinho menolak upaya tersebut. Itu bertentangan dengan etos kolektifnya. Hanya ada seorang bintang di Stamford Bridge dan sosok itu adalah The Special One.
Abramovich menilai dosa terbesar Mourinho adalah faktor ego dan ketakmampuan mematuhi kebijakan klub. Sementara itu Mourinho beranggapan bahwa campur tangan Abramovich yang terlalu berlebihan membuatnya tidak leluasa menjalankan tugas sebagai manajer.
Dua titel EPL dalam dua musim dan tiga kali menembus semifinal Liga Champion memang prestasi fantastis. Namun, ambisi Peter Kenyon, yang mencanangkan Chelsea sebagai merek nomor satu di persepakbolaan dunia pada 2014, rupanya mencakup lebih dari sekadar kemenangan dan dominasi.
Itu juga berkaitan erat tentang image (citra). Kontroversi yang terus-menerus dipicu Mourinho pada akhirnya membuat Abramovich meradang. Gaya flamboyan plus rasa percaya diri Jose ternyata membawa efek samping dan menjadi bumerang. Bye bye, Jose!
(Penulis: Barry Manembu)