Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
1 atas Roma pada Sabtu (29/9) tidak hanya ditentukan oleh para pemain. Kesuksesan tersebut juga karena kehebatan pelatih Roberto Mancini.
Sangat pantas menyebut hasil grande partita ini sebagai kemenangan Mancini atas Luciano Spalletti, pelatih I Lupi. Allenatore kelahiran Jesi (Ancona) itu begitu siap menghadapi pertandingan di Stadio Olimpico Roma ini.
Bukan 4-3-1-2 atau 4-4-2 yang selama ini dipakai Inter yang diterapkan Mancini. Eks pelatih Lazio itu memperkuat lini tengah dengan formasi 4-5-1 guna meredam kekuatan Roma: skill dan pergerakan tanpa bola para gelandang.
Zlatan Ibrahimovic dipasang sebagai penyerang tunggal. Padahal, Mancini punya banyak stok bomber. Ada Hernan Crespo, Julio Cruz, David Suazo, dan Adriano. Ibra didukung Cesar dan Luis Figo di sayap dan Dejan Stankovic, Esteban Cambiasso, dan Olivier Dacourt di tengah.
Hasil mulai tampak ketika laga memasuki 10 menit awal. Para gelandang I Giallorossi sulit masuk kotak penalti. Sebabnya, Inter menumpuk pemain di depan kotak 16.
Saat serangan Roma gagal, Inter langsung menekan. Menit ke-28, serangan balik cepat I Nerazzurri yang dilakukan Maxwell dan Cesar menghasilkan penalti setelah sundulan Ibra ke arah gawang dihalau dengan tangan oleh Ludovic Giuly.
Setelah Giuly diusir dan penalti Ibra sukses, pasukan Spalletti tidak dapat berbuat banyak. I Lupi tak seimbang.
Pujian Moratti
Di babak kedua, Mancini kembali brilian. Ia memasukkan Crespo dan Cruz dan bermain dengan pola 4-4-2. Tujuannya jelas: mengeksploitasi ketidakseimbangan Roma.
Mancio sempat kecewa ketika pemainnya ceroboh sehingga Simone Perrotta dapoat menyamakan skor. Tapi, setelah itu La Beneamata sulit dihentikan.
Setelah tembakan Cruz mengenai tiang, Inter kemudian tak membuang peluang. Dari menit 57 sampai 67, Crespo, Cruz, dan Cordoba membuat Nerazzurri unggul 4-1.
Presiden Massimo Moratti memuji Mancini. Ia tidak salah tetap percaya pada Mancio. Dua pekan lalu, Moratti menyatakan masih yakin pada sang pelatih meski Inter dipukul Fenerbahce 0-1 dan ditahan Livorno 2-2.
“Ini kemenangan fundamental untuk kami, buat para pemain, juga bagi moral tim secara umum, dan untuk Mancini yang menunjukkan sebagai pelatih brilian,” kata Moratti di inter.it.
Inter menang karena Roma hanya dibela 10 pemain? Dominasi Inter sebelum kartu merah Giuly dapat menjadi jawaban. “Terlihat bahwa kami akan menang, bahkan sebelum Giuly diusir,” ujar Figo. “Kami lebih efisien.”
Tak Perlu Bicara
Apa komentar Mancini? Setelah laga, pelatih berusia 42 tahun ini tak bicara. Ia mendelegasikan asistennya, Sinisa Mihajlovic, untuk berbicara kepada media.
Hal tersebut langkah brilian lain dari Mancini. Di tengah isu perang melawan Spalletti yang diembuskan media, ia seperti ingin menunjukkan bahwa permainan dan hasil di atas lapangan sudah cukup untuk menjelaskan semua hal.
Hasil ini bisa menghancurkan spirit Roma dalam perlombaan memburu scudetto. Musim lalu, setelah dipukul Inter 0-1 di Olimpico, I Lupi tak dapat mengejar La Beneamata. Kini, Inter kembali sendirian memimpin lomba.
Spalletti berharap hal itu tak terulang. “Kami harus menelan pil pahit itu untuk menjadi lebih kuat,” ucapnya.
(Penulis: Riemantono)