Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Keinginan Menpora Imam Nahrowi untuk tetap memutar kompetisi di bawah kendala Tim Transisi, akan susah untuk terwujud. Selain hampir semua klub menolak, perangkat pertandingan dan aturan pendukung lainnya, belum mereka miliki. Apalagi jika Menpora mentargetkan kompetisi harus diputar 9 Mei mendatang, sebagian besar klub menganggap hal itu mustahil.
Jalinan PSSI dengan semua klub QNB League dan Divisi Utama masih sangat kuat. Asosiasi sepak bola Indonesia yang dibekukan oleh Menpora itu dipastikan tak akan tinggal diam bila ada klub anggotanya yang tampil di kompetisi yang dikendalikan Tim Transisi itu.
Persebaya pun memastikan menutup rapat-rapat peluang untuk mengikuti kompetisi yang digelar oleh Menpora itu. “Kami tidak akan pernah ikut kompetisi di luar PSSI sebagai induk organisasi kami,” kata Rahmad Sumanjaya, sekretaris Persebaya. Rahmad menyatakan, Persebaya hanya akan mengikuti kompetisi jika di bawah naungan PSSI selaku asosiasi sepak bola yang diakui oleh AFC dan FIFA.
Lain halnya dengan Adi Gunaya, CEO Persikad Purwakarta. Menurutnya, tanpa ada kerja sama dengan PT Liga Indonesia dan PSSI, siapa pun tak bisa mengelola kompetisi nasional. “Mereka itu operator kompetisi satu-satunya di Indonesia. Sementara perangkat pertandingan itu milik PSSI, mulai dari wasit, pengawas pertandingan hingga panitia pelaksana pertandingan,” kata Adi.
Belum lagi dengan biaya yang harus dikeluarkan oleh Menpora nanti untuk mengelola kompetisi. Klub LSI minimal harus mendapat dana sponsorship sebesar Rp2,5 miliar. Jika ada 18 klub LSI maka diperlukan 45 miliar rupiah! Belum lagi dengan 53 klub DU yang harus menerima pembagian sebesar Rp100 juta perklub. “Kalau pun Menpora bisa mengeluarkan uang sebanyak itu pasti akan dipermasalahkan oleh KPK,” kata Adi.