Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Membayangkan aksi Ronaldinho, Lionel Messi, Samuel Eto’o, dan Thierry Henry dalam satu tim bakal membuat bulu kuduk lawan berdiri sebelum bertanding. Pertanyaannya adalah cukup besarkah nyali Frank Rijkaard untuk memainkan The Fantastic Four secara berbarengan?
Pertanyaan satu ini tak hanya menyelimuti media, tapi juga tengah berkecamuk dalam kepala kuartet di atas tadi. Tengok saja bagaimana intensitas Ronaldinho dalam melahap waktu demi waktu di sebuah sesi latihan. Ini suatu bukti bahwa ia ogah kehilangan posisi inti.
Setelah menolak panggilan Brasil di Copa America baru lalu, bisa jadi Dinho memang menambah porsi latihan untuk mengejar status fit 100% menjelang Primera Liga bergulir.
Saat ini, Dinho, Eto’o, dan Henry sudah bergabung dengan The Catalans, yang akan melakoni sejumlah partai pramusim di Skotlandia. Sementara itu, Messi diizinkan absen setelah terjun di Copa bersama Tango.
So, dalam rangkaian pretemporada itu, Rijkaard tak mungkin menjajal kuartet mautnya. Paling banter Los Fantasticos akan merumput bareng di Trofeo Joan Gamper kontra Internazionale.
Meski level partai demi mengenang mendiang pendiri Barcelona tersebut tergolong prestisius, mengingat sang lawan adalah juara bertahan Serie A, tetap saja ujian nyali sesungguhnya baru akan tersaji pada jornada pembuka La Liga versus Racing Santander.
Murni Masalah Efektivitas
Di situ, gambaran asli Barca untuk mengarungi kompetisi penuh akan terbentuk. Beranikah Rijkaard mengabulkan “permintaan” Barcelonistas? Andaikan berani, cukup bijakkah langkah sang entrenador ini?
Jika bicara soal kadar kekentalan sisi ofensif, tentu kuartet ini punya kapasitas membubung untuk menebar ancaman. Namun, efektif atau tidak, ini murni masalah lain. Selain saling berebut posisi, keempatnya masih sangat mungkin berduel dalam eksekusi bola mati.
Dinho, yang selama ini menjadi primadona dalam urusan free-kick, akan tersaingi oleh Henry. Kinerja Dinho juga bakal terganggu lantaran tabiat eks kapten Arsenal ini, yang selalu menyisir sisi kiri.
Rijkaard jelas sulit mengubah skema 4-3-3 yang kadung mengakar selama empat musim terakhir ini. Lantas siapakah yang akan dikorbankan kalau Henry mendapat prioritas starter? Satu gelandang untuk mengakomodasi Henry di depan? Ini akan menggeser Dinho ke tengah, tepat di belakang trisula.
Namun, sekali lagi, pantaskah perjudian ini dilakukan jika keseimbangan lini tengah jadi terabaikan? Hanya Meneer Rijkaard yang punya jawabannya.
(Penulis: Sapto Haryo Rajasa)