Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Penampilan positif dipertontonkan Bambang Pamungkas alam beberapa laga uji coba timnas. Imbasnya posisi Bambang sebagai striker utama hampir pasti tak terusik. Isyarat mengenai hal tersebut disampaikan pelatih Ivan Kolev seusai uji coba melawan Jamaika, Kamis (21/6).
Dalam duel tersebut, Bambang mencetak dua gol. Kaki kiri dan kanan Bambang hidup. Begitu juga sundulannya, tetap akurat dan mematikan.
“Bambang punya keunggulan bola-bola udara. Hal tersebut sangat membantu Indonesia untuk menghadapi Korsel, Arab Saudi, dan Bahrain, yang memiliki bek berpostur tinggi. Tembakan jarak jauhnya juga bagus, lihat saja gol keduanya. Yang paling penting dia bermain memakai otak,” ungkap Kolev.
Jika timnas mengusung pola 4-3-3 atau 4-3-2-1, Kolev hanya butuh satu orang striker murni yang ditempatkan sebagai target man. Dua pemain depan lain lebih berperan membuka ruang dan beroperasi di area gelandang.
Kalau Saktiawan Sinaga akhirnya tak masuk dalam tim, Indonesia hanya memiliki Bambang dan Zaenal Arif, yang ideal jadi striker murni. Memang masih ada Rahmat Rivai. Namun, selain masih berkutat dengan cedera, striker Persiter ini juga cenderung dimainkan sebagai gelandang sayap, sama seperti Arif, yang posisinya lebih melebar ke kanan atau kiri.
Jika bisa mempertahankan penampilan menawannya sebagai striker tunggal, Bambang sudah pasti bakal dikawal ketat bek lawan di Piala Asia. “Sudah risiko. Kalau saya ditempel ketat, semoga rekan lain bisa memanfaatkan ruang kosong di pertahanan lawan,” ujar pemain yang diibaratkan tokoh pewayangan arjuna dalam poster promosi Piala Asia ini.
Bambang mengaku sudah in dengan pola permainan Kolev. “Memang, dengan pola baru sebagai striker tunggal, saya dituntut lebih aktif mencari bola dan membuka ruang untuk pemain lain. Tapi, itu tak masalah. Dalam sepakbola modern, striker dituntut lebih cerdik,” ucap striker Persija yang akrab disapa BP ini.
Penampilan BP dipuji rekan setimnya. “Saya melihat karakter BP selalu punya energi berlipat saat tampil di ajang internasional membawa nama negara. Apalagi jika tampil di hadapan publik sendiri,” ujar Ponaryo Astaman, kapten tim sekaligus sahabat BP.
Kepergian Peter Withe seusai Piala AFF 2006 seakan menjadi berkah bagi BP, yang karakter permainannya disukai Kolev saat memegang timnas beberapa tahun sebelumnya. Nama BP seakan tenggelam di era Peter, yang lebih memilih Ilham Jayakesuma.
BP sempat terpental dari timnas di Piala Tiger 2004 dan belakangan kembali lagi dengan status pemain yang lebih sering duduk di bangku cadangan. “Soal saya diturunkan menjadi pemain inti atau tidak, berpulang pada pelatih. Sebagai pemain profesional, kita harus bisa menerima instruksi,” papar BP.
(Penulis: Ario Yosia/Erwin Fitriansyah)