Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Apa yang bisa dilakukan untuk menghentikan Rafael Nadal di lapangan tanah kompleks Roland Garros, Paris? Pemain terbaik sejagat yang sudah mengoleksi 10 gelar grand slam, Roger Federer, saja sampai kehabisan akal mencari cara menghentikan matador muda Spanyol itu.
Tiga kali Nadal tampil di Prancis Terbuka dan semua selalu berbuah gelar juara. Federer selalu saja menjadi korbannya. Tahun 2005, pemain Swiss itu dihadang di semifinal. Tahun lalu, ia dihentikan di final, dan sekarang kembali di final.
Federer sebenarnya sangat bernafsu menjadi juara di Prancis untuk pertama kalinya, dan menjadi orang pertama yang bisa menjuarai empat grand slam berbeda secara beruntun setelah legenda Australia, Rod Laver, tahun 1969. Sebelumnya, pemain 25 tahun ini sukses di Wimbledon, AS Terbuka, dan Australia Terbuka. Tapi lagi-lagi Nadal memupus ambisinya.
“Sudah pasti saya sedih dan kecewa. Saya akan datang lagi tahun depan dan berbuat maksimal untuk menjuarai turnamen ini,” ujar Federer seusai partai final, Minggu (10/6).
Samai Borg
Dengan keberhasilan kali ini, Nadal berhasil menyamai prestasi yang dibuat pemain legendaris Swedia, Bjorn Borg, yang menjuarai Prancis Terbuka tiga kali berturutan (1978-81). Kemenangan ini juga membuat rekor pertemuan pemain nomor dua dunia ini atas Federer menjadi 7-4, dan 6-1 di lapangan tanah. Ia pun tak pernah kehilangan set, sampai pertemuan terakhir dengan Federer yang berakhir empat set.
“Saya bahagia. Memang benar, turnamen ini seperti rumah saya. Tapi saya juga telah bekerja sangat keras untuk juara di sini,” kata Nadal, yang berhak atas hadiah sebesar 1,34 juta dolar atau sekitar 10 miliar rupiah itu.
Selanjutnya, Nadal akan bersiap menghadapi rangkaian turnamen lapangan rumput, dengan puncak di Wimbledon, 25 Juni-8 Juli. Federer tak tergoyahkan di turnamen ini sejak 2003, sementara prestasi terbaik Nadal adalah finalis tahun silam.
Sementara itu di putri, sama seperti Nadal, Justine Henin asal Belgia juga berhasil menjadi juara tiga kali berturut-turut. Putri terakhir yang mampu melakukan hal serupa adalah Monica Seles dari Yugoslavia, 1990-92. Secara total, ini adalah gelar keempat Henin di Prancis, setelah tahun 2003 ia meraih mahkota grand slam pertamanya di sini.
(Penulis: Rahayu Widiyarti)