Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
calon tersebut yang tidak memenuhi kelengkapan persyaratan untuk mengikiuti pemilihan di Surabaya, 18 April nanti.
Proses verifikasi akan dilakukan 17 Februari, dan pengumuman balon-balon menjadi calon dilakukan 18 Februari. La Nyalla termasuk yang paling banyak didukung oleh 'members' PSSI untuk kembali memegang tampuk kepemimpinan otoritas sepakbola nasional itu. Diantara 10 balon ketum PSSI lainnya seperti , Achsanul Qosasi, Bernhard Limbong, Syarif Bastaman, Subardi, Muhammad Zein, Toni Apriliani, dan Djohar Arifin Husin ( Ketum PSSI 2011-2015), nama La Nyalla menurut Heru Pujihartono, pemilik Matador FC, jauh lebih menjanjikan.
Pemilihan Ketum dan sekaligus pembentukan Komek PSSI 2015-2019 memang masih relatif lama. Namun, bagi pemilik klub Matador yang terakhir berkiprah di kompetisi Divisi I PSSI 2014 itu, masa penantian menuju Kongres 18 April 2015 bisa dibilang sebentar lagi. Apalagi jika dikaitkan dengan tantangan besar yang dihadapi persepakbolaan nasional.
"Menurut saya, ada tantangan internal dan eksternal. Tantangan ke dalam, bagaimana dari saat sekarang publik bisa lebih mendapatkan pencerahan tentang figur-figur yang memang sangat layak mereka percayai untuk memimpin PSSI. Jangan sampai nantinya ada kesan, seperti membeli kucing dalam karung," ujar Heru yang juga pemilik Nendia Catering itu.
Tantangan yang bersifat eksternal, bagaimana komunitas sepak bola nasional harus tetap bersikap dinamis menyikapi dinamika yang berkembang, termasuk tuntutan 'reorganisasi' yang diminta pihak Kemenpora.
"Dalam hemat saya, tuntutan Kemenpora itu bukan resmi tuntutan pemerintah. Jadi bukan lagi bagian dari sebuah grand-design pemerintah pusat, seperti yang terjadi pada 2010 dengan adanya Kongres Sepak bola Nasional (KSN) di Malang yang langsung dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono," ungkap Heru.