Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

NBL Indonesia, Tak Hanya Milik Big Four

By Aning Jati - Sabtu, 14 Maret 2015 | 23:26 WIB
Ilustrasi NBL 2015 (Gonang Susatyo/Bolanews)

Skuat dihuni deretan pemain terbaik. Dari sisi nonteknis, kesejahteraan pemain terbilang bagus. Mereka juga memiliki mental dan kepercayaan diri yang kuat. Dengan modal bagus, tim bisa menunjukkan konsistensi sejak kuarter pertama. Hasilnya, mereka mampu mendominasi kompetisi IndiHome NBL Indonesia.

Ini terlihat dari aksi Satria Muda Britama Jakarta, M88 Aspac Jakarta, Pelita Jaya Energi Mega Persada Jakarta, dan CLS Knights Surabaya. Trofi juara pun selalu menjadi milik mereka.

Dominasi mereka pun terlihat cukup kuat di musim ini. Mereka tak tergoyahkan di empat besar. Kemenangan besar pun kerap dicetak seperti Pelita Jaya yang menghabisi Satya Wacana ACA LBC Salatiaga 101-48. Di musim ini, Pelita Jaya tercatat dua kali menembus poin 100 saat bertemu Satya Wacana.

Hanya sesekali tim yang berada di big four terpeleset saat menghadapi lawan di bawahnya. Terakhir pada seri di Semarang saat Garuda Kukar Bandung mengalahkan Satria Muda BritAma Jakarta dengan skor tipis 52-51.

Sebaliknya pertemuan empat tim besar di gim NBL memang selalu menghadirkan big match. Gim kian meriah karena masing-masing tim memiliki pendukung fanatik. Mereka yang tiada henti bersorak dan berteriak menyaksikan aksi pebasket yang memang menawan saat melepaskan tembakan tiga poin atau memasukkan bola dari bawah jaring.

“Kondisi tim memang berbeda jauh mulai dari manajemen sampai pemain. Kesejahteraan pemain dari tim-tim papan atas rata-rata memang lebih baik. Ini terlihat pada tim Satria Muda, Pelita Jaya maupun Aspac. Bila mereka kalah dari tim-tim dari papan bawah, bukan tim lawan yang bagus tapi mereka sendiri yang bodoh,” ujar Tjetjep Firmansyah, pelatih Garuda Kukar.

Namun bukan berarti dominasi big four tak bisa dirusak. Hanya dibutuhkan proses yang tidak pendek untuk menjadi juara atau menerobos hegemoni papan atas kompetisi.

“Kekompakan tim juga menjadi kunci. Dan, kekompakan itu bisa dibangun bila pemain dalam tim sudah bermain bersama selama bertahun-tahun. Tidak bisa membangun tim yang kuat dan kompak bila setiap musim membuang banyak pemain,” jelas Tjetjep.

“Lihat saja tim CLS Knights yang sudah terbentuk cukup lama. Pemainnya tak banyak berubah dari musim ke musim. Suatu saat nanti, mereka akan menjadi juara. Begitu pula Satria Muda yang mulai membangun tim. Saya perkirakan mereka akan kembali juara. Aspac sendiri pernah butuh waktu tiga tahun untuk kembali juara. Saat itu, tim mengalami perombakan cukup besar dan membangun kembali dengan pemain muda,” tambahnya.

Faktor mentalitas dan kepercayaan diri memang ikut menentukan. Pelatih NSH GMC GSBC Jakarta, Mayckel S.D. Ferdinandus mengungkapkan pemainnya kerap kehilangan kepercayaan diri saat bertemu tim kuat.

“Saat bertemu di arena untuk pemanasan menjelang gim, mereka sudah minder dulu. Kalau sudah seperti itu, mereka tak lagi percaya diri. Faktor mental memang penting. Tim kami lebih percaya diri saat bertemu lawan selevel. Pemain pun bisa mengeluarkan kemampuan terbaiknya,” kata Mayckel.

Menurutnya butuh waktu cukup panjang untuk membangun mental bertanding yang tangguh. Tak hanya dibutuhkan kesabaran tapi klub juga berani keluar duit untuk melakukan banyak uji coba saat persiapan menuju kompetisi.

“Mental bertanding bisa makin kuat bila tim menjalani banyak pertandingan di luar kompetisi. Klub harus berani keluar duit untuk melakukan rangkaian uji coba sehingga menit pertandingan pemain meningkat. Bila perlu uji coba ke luar negeri dengan menghadapi tim-tim kuat di Filipina atau Thailand. Aspac pernah ke Filipina selama satu pekan dengan menggelar banyak uji coba,” tukas Tjetjep.

Meski ada perbedaan antara tim papan atas dan mereka yang berada di zona bawah, namun pertemuan tim-tim tersebut tetap panas dan menegangkan. Pelatih Satria Muda Cokorda Raka Satrya Wibawa menilai perbedaan 12 tim NBL sesungguhnya tak terlalu jauh. Terutama bila mereka sudah memasuki babak Championship Series.

“Persaingan di antara tim tetap ketat. Karena itu, saya selalu mengingatkan pemain untuk tak meremehkan lawan meski menghadapi tim yang di klasemen berada di bawah. Apalagi bila sudah masuk Champions Series. Atmosfernya sudah berbeda. Ini yang menjadikan kompetisi NBL selalu menarik,” jawab Wiwin, sapaannya.

Nikmati berita olahraga pilihan dan menarik langsung di ponselmu hanya dengan klik channel WhatsApp ini: https://whatsapp.com/channel/0029Vae5rhNElagvAjL1t92P