Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Maksud hati hendak pamer kebolehan melakukan tendangan ala panenka yang brilian, Romario Balde justru harus menahan malu dan patah hati tak karuan.
Penalti panenka Balde terlalu lemah sehingga dengan mudah ditangkap kiper lawan.
Padahal, bila tendangan penalti ala panenka yang dilesakkan Balde sukses, Benfica saat itu bakal unggul 2-0 atas Shakhtar Donetsk. Namun, yang terjadi tak seperti itu. Kegagalan tendangan penalti bergaya panenka membuat Benfica bermain 1-1 dan pertandingan harus diakhiri dengan adu penalti.
Di adu tos-tosan itu, Benfica kalah dan terelimasi dari UEFA Youth League.
Karuan saja, Balde yang punya peluang emas membawa timnya menang namun gagal, sedih bukan kepalang. Usai adu tos-tosan, Balde yang sudah ditarik untuk digantikan pemain lain, langsung menjatuhkan diri di lapangan dan menangis tersedu-sedu. Tak ada rekan setimnya yang mampu menghibur kekecewaan dan rasa malu pemain berusia 18 tahun itu.
Koran lokal terbitan Portugal menambahkan, Balde lantas bangun, masih dalam kondisi menangis, mendatangi bangku cadangan sambil meminta maaf. Sikap itu rupanya bisa sedikit melegakan si penendang panenka yang gagal.
Beberapa media lain mengungkapkan tendangan panenka Balde layak masuk daftar panenka terburuk yang pernah dilakukan pesepak bola selama ini.