Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
19 di era Indra Sjafri kini sudah lazim digunakan oleh klub Indonesia.
Klub LSI seperti Bali United Pusam, Persib, Persipura, dan Arema Cronus sudah menggunakan metode krioterapi, yakni berendam dengan air dingin yang diisi es setelah berlatih atau bertanding. Selain itu, pemain juga diberi menu latihan lari dengan dibebani alat parasut yang salah satu manfaatnya adalah untuk meningkatkan kecepatan.
Klub Divisi Utama juga mulai menerapkan hal yang sama. Sebagai contoh, PSIS yang musim ini dihuni pemain-pemain muda. Metode krioterapi sudah mulai diterapkan setelah intensitas latihan dan uji coba padat. Manajemen menyediakan tong air yang diletakkan di pinggir lapangan Stadion Jatidiri, Semarang.
“Pemain merasakan manfaat yang optimal, apalagi intensitas latihan semakin padat. Ini bisa menjadi salah satu pencegahan cedera dan cepat memulihkan kondisi fisik,” kata pelatih PSIS, M. Dofir.
PSIR Rembang dan Persibat Batang juga berencana menggunakan terapi tersebut. Mereka menilai, kompetisi Divisi Utama yang biasanya berlangsung lama membutuhkan pemain yang siap tempur setiap saat.
“Perjuangan pemain akan sangat melelahkan apalagi ketika berhasil menembus fase gugur,” kata pelatih Persibat, Lukas Tumbuan.
Metode krioterapi sebenarnya sudah sering dilakukan oleh klub LSI sejak 2011, seperti Persipura. Hanya saja, metode itu baru populer setelah kesuksesan timnas U-19 yang tampil dengan fisik prima saat Piala AFF U-19 2013 dan Kualifikasi Piala AFC.
Krioterapi ditemukan oleh Toshiro Yamauchi pada 1978. Waktu itu, fasilitas di Inggris hanya tersedia di pusat kesehatan Champneys, Hertfordshire. Tempat itu menjadi langganan pemain Tottenham Hotspurs yang memiliki riwayat cedera panjang.