Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
tiba saja petenis Belgia ini mengumumkan pensiun lebih awal, seperti yang ditulis di situs pribadinya, Minggu (6/5). Padahal, rencananya baru Juli ia bakal gantung raket, setelah Wimbledon, karena di bulan yang sama akan menikah dengan pebasket AS yang bermain di klub Bree, Belgia, Brian Lynch.
Sejak jauh-jauh hari, pemain yang beberapa tahun belakangan bergulat dengan cedera tiada henti itu sudah menyatakan absen di dua grand slam, Prancis Terbuka dan AS Terbuka, tapi ia masih berniat tampil di Wimbledon.
"Pensiun di usia hampir 24 tahun memang terlalu dini, tapi menyenangkan. Uang memang penting, tapi yang lebih penting adalah kesehatan dan kehidupan pribadi," tulis mantan pemain nomor satu dunia itu.
Menurut Clijsters, ia merasa 10 tahun kariernya sudah cukup membuat lelah. Selain itu, fisik yang sudah "hancur-hancuran" membuatnya tak ingin menunda pensiun.
Tahun silam, ia harus berjuang mengatasi cedera pergelangan tangan berkepanjangan, yang membuatnya tak bisa mempertahankan gelar grand slam semata wayangnya di AS Terbuka. Di Australia Terbuka Januari lalu, ia dihantam cedera pinggul. Kini ia mengeluhkan sakit di punggung.
"Waktunya menikah, memasak, dan main dengan anjing-anjing saya. Yang juga penting, lebih banyak waktu untuk berkumpul dengan teman-teman dan keluarga. Tak ada lagi bepergian, naik-turun pesawat, dan membaca gosip di koran-koran," tutur peringkat keempat dunia itu.
Selama karier, Clijsters sudah mengumpulkan 34 gelar juara. Yang terbesar tentu saja dari AS Terbuka 2005 dan dua kali berjaya di kejuaraan tutup tahun WTA, 2002 dan 2003. Selain itu, empat kali ia menjadi finalis turnamen grand slam lainnya, yakni Prancis Terbuka 2001 dan 2003, AS Terbuka 2003, dan Australia Terbuka 2004.
Hebatnya, Clijsters tak hanya piawai di tunggal, tapi juga ganda. Ia pernah menjadi nomor satu di tunggal dan ganda. Bahkan sukses grand slam pertamanya justru diraih di ganda, yakni ketika bersama Ai Sugiyama asal Jepang menjuarai Prancis Terbuka dan Wimbledon tahun 2003.
(Penulis: Rahayu Widiyarti)