Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
angan memang tak selalu sesuai kenyataan. Hal itulah yang dialami manajemen PSBK saat menggelar uji coba melawan Arema Cronus (3/3).
Harapan ingin meraup untung besar dari hasil penjualan tiket tak terwujud. Kendati begitu, PSBK tetap mendapatkan laba sesuai harapan.
"Dua pertandingan yang digelar membuat biaya membengkak. Pengeluaran terbesar untuk memberi honor aparat keamanan gabungan. Honor wasit juga dobel karena mereka dua kali memimpin pertandingan. Jika pertandingan hanya sekali, kami bisa dapat pemasukan besar,” ungkap Suhariono, Ketua Umum PSBK.
Namun, Suhariono tetap bersyukur. Banyak hal positif dari laga bergengsi dengan menghadirkan tim sekelas Arema.
"Laga ini bisa menarik animo publik untuk datang ke stadion saat PSBK tampil di Divisi Utama. Kami juga mendapat lawan bagus guna mengukur kekuatan. Keuntungan immateriil ini kami anggap lebih penting daripada materi," ujarnya.
Di luar sisi teknis, PSBK juga mencermati loyalitas dan fanatisme yang ditunjukkan Arema di partai uji coba yang berlangsung di Stadion Letjen Soepriyadi ini. Meski hanya uji coba, Aremania tetap datang dan menyaksikan secara langsung. Tak pelak, panpel meraup pemasukan cukup besar dari hasil penjualan tiket.
"Saya salut dan kagum dengan loyalitas Aremania. Mereka selalu setia mendampingi Arema di mana pun tim idola bermain. Meski laga ini hanya uji coba, mereka juga hadir di Blitar. Saya berterima kasih kepada Aremania karena bisa tampil santun dan membuat partai ini lebih menarik," kata Agus Armada, manajer PSBK.
Antusiasme itu membuat Agus terpacu memobilisasi warga Kota Blitar agar mendukung PSBK. Maklum, sejak klub ini promosi ke Divisi Utama beberapa musim lalu, animo penonton sangat minim. Bahkan ketika pertandingan resmi PSBK, digratiskan pun publik enggan menonton.
"Sayang sekali klub seperti PSBK yang memiliki infrastruktur bagus, tapi tak punya pendukung fanatik. Saya akan bentuk kelompok suporter agar klub ini bisa hidup dan warga punya kebanggaan terhadap PSBK. Jika daerah lain bisa, kenapa di Kota Blitar tidak?" tutur Agus.