Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

RETRO: Budi Sudarsono Tak Mau Jadi Anak Emas

By Caesar Sardi - Jumat, 6 Maret 2015 | 15:33 WIB
Budi Sudarsono, tak asing lagi dengan Ivan Kolev. (Gatot Susetyo/Dok. BOLA)

Pergantian pelatih timnas dari tangan Peter Withe ke Ivan Kolev menyiratkan harapan baru bagi Budi Sudarsono. Striker Persik ini telah akrab dengan gaya latihan maupun pola permainan yang diterapkan pelatih asal Bulgaria itu.

Di bawah kendali Withe, Budi sering kecewa karena jarang dipasang sebagai starter. Kini ambisi Budi menyembul lagi seiring kehadiran Kolev. Pasalnya, top scorer PON 2000 ini termasuk pemain yang disayang Kolev kala menukangi timnas. Benarkah Budi selalu dijadikan anak emas Kolev, berikut wawancaranya.

Punya pendapat soal pergantian pelatih timnas?

Saya lebih sreg dengan Kolev. Dia tahu banyak kualitas pemain Indonesia. Selama saya dilatih Kolev, programnya mudah diserap. Pola permainan tim tak njlimet.

Apa karena anda salah satu pemain kesayangan Kolev?

Saya merasa tidak pernah dan tidak ingin menjadi anak emas Kolev. Saya ingin dihargai karena kemampuan saya, bukan karena adanya hubungan pribadi.

Di tangan Kolev, ada peluang akan sering dimainkan ketimbang saat dipegang Peter.

Semua pemain pasti ingin jadi starter. Saya sendiri siap main, baik sebagai starter atau pun sebagai pemain cadangan. Saya akan lebih melihat kebutuhan tim. Biar pelatih yang memutuskan. Toh saya juga belum tentu lolos seleksi. Saya hanya ingin berbuat maksimal di timnas. (Tapi Budi sempat kecewa berat saat terus-menerus dibangku-cadangkan Peter Withe di Piala AFF)

Harus Menang

Di posisi striker banyak pemain bagus. Bagaimana peluang jika dilihat ada kedekatan dengan Kolev?

Sekali lagi, biar pelatih yang menilai. Yang jelas, banyaknya striker bagus di Indonesia justru lebih memotivasi saya. Saya siap bersaing karena dari situ akan memunculkan siapa yang terbaik dan layak masuk timnas. Tapi, bila melihat kebiasaan Kolev dengan pola 4-3-3, peluang saya besar. Selama ditangani Kolev, saya tak pernah jadi striker murni. Saya lebih banyak jadi breaker dan penyerang lubang.

Bagaimana peluang Indonesia di Piala Asia?

Sangat berat. Tiga tim yang ada di grup kami sangat tangguh. Dari tiga pertandingan, minimal kita harus bisa menang. Entah sekali atau dua kali. Kemenangan ini bisa untuk mengangkat kepercayaan publik terhadap sepakbola kita.

(Penulis: Gatot Susetyo)