Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Persis Solo berharap bisa tumbuh dan berkembang sebagai klub profesional dan mandiri. Persis mengacu pada Persib dan Arema Cronus, yang jadi model klub profesional.
"Kami ingin seperti Persib dan Arema yang selalu meraup laba di setiap akhir musim kompetisi. Jadi, persiapan tim tak terganggu dengan persoalan dana saat melakukan persiapan menghadapi kompetisi musim berikutnya," kata Totok Supriyanto, mantan manajer Persis.
Sebagai klub profesional, Persis bakal segera memiliki PT yang akan mengelola klub tersebut. Menurut Totok, PT Persis Solo itu tidak hanya mengurusi klub tapi juga mengembangkan bisnis. Dengan demikian, pemasukan klub tidak hanya dari sektor tiket tapi juga sponsor dan merchandise.
"Selama ini sumber pemasukan klub hanya dari tiket. Bahkan 100 persen pemasukan dari tiket yang menghidupi klub. Padahal pemasukan tidak hanya dari tiket tapi juga sponsor dan merchanside," jelas pria yang kini jadi pengurus Persis itu.
Ditegaskan Totok, dukungan suporter menjadi nilai lebih untuk menggaet sponsor. "Persis memiliki suporter yang tidak kalah, bahkan melebihi, suporter kontestan LSI. Hal itu terlihat dari kehadiran Pasoepati di stadion saat Persis menjalani laga kandang. Situasi ini tentu menjadi kekuatan untuk menghidupkan bisnis. Kami memang ingin lebih profesional," kata Totok.
Memiliki basis pendukung yang besar mendorong tim untuk memasang target promosi ke LSI. Kegagalan di babak 8 besar musim lalu memacu semangat Persis untuk berprestasi lebih tinggi.
"Klub yang sehat dan profesional dipastikan memiliki basis suporter dengan fanatisme tinggi. Di kompetisi Divisi Utama saja bisa begitu besar, apalagi bila kami naik ke kasta tertinggi," pungkasnya.