Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Misteri Pesawat yang Membawa Pemain Cili Terkuak

By Aning Jati - Selasa, 10 Februari 2015 | 23:23 WIB
Sebagian dari pemain Green Cross yang meninggal dalam musibah jatuhnya pesawat yang ditumpangi pada 1961. (Daily Mail)

3 yang mengangkut sejumlah penumpang termasuk sebagian penggawa klub asal Cili, Green Cross, dan tiga wasit, akhirnya terkuak.

Pada 3 April 1961, pesawat itu diketahui jatuh di sekitar Gunung Andes dan menewaskan seluruh penumpangnya yang berjumlah 24 orang.

Salah satu korban adalah Elisa Mourino, pesepak bola yang cukup populer ketika itu lantaran berstatus pemain timnas Argentina. Sebelum meninggal dalam kecelakaan tragis itu, Mourinho menyumbang 25 cap serta ikut mengantar Argentina mengangkat trofi Copa Amerika pada 1955 dan 1959.

Akan tetapi, lokasi jatuhnya pesawat tak berhasil diketahui hingga akhirnya sejumlah pendaki gunung dalam sebuah ekspedisi menemukan reruntuhan pesawat serta tulang-belulang yang kemudian diidentifikasi sebagai pesawat nahas itu, Senin (9/2).

Latino Foxnews memberitakan reruntuhan pesawat itu ditemukan pada ketinggian 3.200 meter di atas permukaan laut dan berjarak sekitar 200 mil dari Santiago.

Kembali pada 1961, insiden jatuhnya pesawat itu jadi pemberitaan yang cukup menyita perhatian masyarakat karena dinilai tragis.

Pesawat yang mengangkut pesepak bola klub Green Cross yang baru saja menjalani pertandingan tandang kontra Osorno dalam sebuah turnamen, jatuh dalam perjalanan menuju Santiago. Sejumlah pemain lain yang memilih naik pesawat pada penerbangan berikutnya, selamat dari musibah itu.

Walau diliputi duka mendalam, pemain lain yang tersisa bersedia menjalani leg kedua versus Osorno, kalah 0-1, dan tersingkir dari turnamen itu.

Musibah itu juga jadi pukulan telak buat Green Cross lantaran mereka akhirnya terdegradasi di musim itu setelah finis di peringkat ke-12 dari 14 kontestan liga domestik. Namun, hanya butuh tiga musim sebelum Green Cross untuk kembali ke kasta tertinggi di Liga Cili.

"Jadi, sekarang sejarah bisa ditulis ulang karena sebelumnya tidak ada pernyataan pasti mengenai musibah ini," kata Leonardo Albornoz, pemimpin ekspedisi seperti dikutip di Daily Mail.