Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Sepak bola gajah yang diperagakan oleh PSS Sleman dan PSIS Semarang di laga 8 besar Divisi Utama bisa saja dipandang sebagai hal yang ringan oleh sebagian pihak, namun sebenarnya tidak. Aksi ini sangat berbahaya bagi persepakbolaan di Indonesia.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Komisi Disiplin (Komdis) PSSI, Hinca Panjaitan, usai melakukan sidang terhadap beberapa pemain PSIS di Hotel Atlet Century, Jakarta, pada Kamis (6/11). Saking bahayanya, hal ini bisa membuat FIFA sebagai induk tertinggi sepak bola di dunia beranggapan bahwa di Indonesia itu tidak ada aktifitas sepak bola yang berlangsung.
"Apa yang telah terjadi ini bukan hanya penghinaan terhadap sepak bola di Sleman dan Semarang, tapi ini penghinaan terhadap sepak bola di dunia. FIFA dan AFC telah menyurati PSSI untuk segera menuntaskan hal ini, karena di mata mereka hal ini merupakan tindakan extra ordinary karena bermain untuk kalah," kata Hinca di Hotel Atlet Century Kamis (6/11).
"Posisi Indonesia dalam hal ini karena sebagai anggota FIFA, harus menjelaskan kepada FIFA dan seberapa kuat kita memerangi hal seperti ini. Oleh karena itu Komdis bekerja keras untuk ini."
"Jika kita tidak mampu menjelaskan kepada FIFA dan AFC mengenai keinginan yang kuat untuk memerangi ini, bukan tidak mungkin bagi FIFA untuk mengatakan bahwa tidak ada sepak bola di Indonesia karena bermain sepak bola untuk kalah. Jadi hal ini amat sangat serius."
"Surat dari FIFA sudah turun dan tinggal menunggu laporan dari PSSI. Kami meminta kepada mereka untuk membiarkan kami bekerja karena ini adalah permasalahan internal kami, namun kami tidak tidak menolak jika mereka ingin turun tangan karena ada pemain asing di kedua klub karena lisensi mereka juga didapat dari FIFA. Namun, kami telah meminta waktu dua pekan untuk menangani kasus ini."