Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Manchester United mencapai titik di mana mengakumulasi poin lebih penting ketimbang kecantikan permainan. Revolusi Louis van Gaal membawa Setan Merah ke empat besar tapi kritikan tidak akan surut.
Setan Merah tertinggal lebih dulu di Upton Park berkat gol cantik Cheikhou Koyate. Satu angka baru terselamatkan lewat gol menit ke-93 Daley Blind. Sementara Luke Shaw mendapat kartu kuning kedua setelah menjatuhkan Stewart Downing pada detik-detik terakhir laga.
Bos Hammers, Sam Allardyce, memutar balik kritik yang biasa pelatih-pelatih tim lain lancarkan padanya.
“Pada akhirnya kami tak bisa menghalau bola-bola jauh yang Manchester United lancarkan ke kotak penalti kami,” tutur Big Sam di BBC.
“Taktiknya hanya itu, luncurkan ke depan dan lihat apa yang mereka bisa dapatkan. Pada akhirnya, strategi ini berhasil bagi mereka.”
Situasi di Manchester United kini sedikit kabur. Mereka yang mendukung LvG bakal mengatakan bahwa hasil ini menjaga rekor bagus klub.
Setan Merah hanya sekali menelan kekalahan di semua kompetisi dalam 17 laga terakhir. United pun tak pernah kalah tandang sejak menyerah 0-1 di rival sekota mereka, Manchester City, pada awal November.
Impresif, jika mengingat sejak duel di Etihad itu Setan Merah bertandang antara lain ke kandang Arsenal, Southampton, Tottenham.
Klub masih sangat mungkin menyerang peringkat kedua yang kini dihuni City karena hanya lima poin memisahkan mereka dengan 14 laga tersisa.
Ekspektasi Lebih
Namun, bukan Manchester United kalau ekspektasi tidak selangit. Van Gaal dituntut untuk menundukkan lawan-lawan mereka secara komprehensif. Idealisme awal musim itu terbentuk berkat pembelian-pembelian musim panas nan bombastis.
Di sinilah para kritik Setan Merah berkicau merdu. Hasil di West Ham kian membuktikan bahwa lini depan tim kendur.
“Saya mengharapkan jauh lebih banyak hal dari Setan Merah di di depan gawang dengan para penyerang yang Louis van Gaal miliki,” tutur John Hartson, eks striker Glasgow Celtic yang kini menjadi pandit BBC.
Hartson menyorot peran Di Maria sebagai penyerang lubang di belakang Robin van Persie dan Radamel Falcao.
Ia melihat bahwa Di Maria kesulitan mendapat ruang di tengah lapangan apalagi menghadapi barisan tengah dan belakang West Ham, suatu unit pemain-pemain besar.
Pemain sayap asal Argentina ini hanya menuntaskan dua dari lima usaha dribel, nol dari 10 umpan silang, nol duel udara, dan 1 dari lima sepak pojoknya.
Jika Di Maria diplot untuk menjadi penyuplai bola kepada RvP dan Falcao, hal tersebut tak berhasil.
Kombinasi operan terbanyak Di Maria adalah ke Daley Blind (7x). Jumlah itu berada di urutan ke-12 dari semua kombinasi pemain di Upton Park.
Tak hanya itu, Falcao juga kembali sulit menerapkan kukunya di kotak penalti. Tercatat, tidak ada satu pun dari 20 sentuhan sang striker pada babak pertama ia lakukan di kotak penalti.
“Pemain seperti Falcao, Van Persie, Wayne Rooney, dan Di Maria hampir tak berkutik,” tutur Big Sam lagi.
Bos Hammers itu bukan satu-satunya yang mengatakan hal serupa sepanjang musim ini.