Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

SSB Selalu Terlupakan

By Suryo Wahono - Jumat, 20 Februari 2015 | 22:31 WIB
SSB Persada Dalegan, berharap ada sumbangan dari klub.

Kenyataan pahit harus diterima sekolah sepak bola di Indonesia saat mengetahui pemain pindah ke SSB lain atau dipinang klub. Terbukti sangat jarang klub atau SSB memberikan training compensation kepada SSB asal pemain.

Tanpa berbekal kontrak pemain dan tidak memiliki hubungan langsung dengan klub anggota PSSI, sulit bagi  SSB mengklaim haknya. Status SSB yang tidak terdapat dalam struktur dan aturan PSSI membuat posisinya tidak jelas. FIFA pun tidak menjamin keberadaan SSB jika bukan klub amatir di level paling rendah.

"Benar, kami tidak pernah mendapatkan langsung dari klub yang mengambil pemain kami. Mereka membawa pemain pergi begitu saja," tutur M. Fachrudin, pengelola plus pelatih SSB Surabaya FC.

Sebaliknya, Fachrudin mengakui ia kerap mendapatkan dana kompensasi itu dari pemainnya sendiri. "Biasanya, manajemen klub bilang ke pengelola SSB kalau kompensasi itu antara SSB dan pemain karena uang yang dikeluarkan klub profesional sudah besar," kata eks pemain PSIS dan Deltras itu.

Apalagi selama ini tidak ada ikatan kontrak antara SSB dan pemain atau siswa mereka selain ikatan proses belajar sepak bola saja. Andai saja SSB itu menjadi klub, walau amatir, hak mereka bisa dilindungi lewat aturan kompensasi pelatihan.

"Sejauh ini PSSI belum tegas memberlakukan aturan soal itu. Saya berharap regulasinya segera diperjelas antara SSB dan klub serta hak dan kewajiban mereka," tutur Fachrudin.

Tanpa berbekal kontrak pemain dan tidak memiliki hubungan langsung dengan klub anggota PSSI, sulit bagi  SSB mengklaim haknya. Status SSB yang tidak terdapat dalam struktur dan aturan PSSI membuat posisinya tidak jelas. FIFA pun tidak menjamin keberadaan SSB jika bukan klub amatir di level paling rendah.

"Benar, kami tidak pernah mendapatkan langsung dari klub yang mengambil pemain kami. Mereka membawa pemain pergi begitu saja," tutur M. Fachrudin, pengelola plus pelatih SSB Surabaya FC.

Sebaliknya, Fachrudin mengakui ia kerap mendapatkan dana kompensasi itu dari pemainnya sendiri. "Biasanya, manajemen klub bilang ke pengelola SSB kalau kompensasi itu antara SSB dan pemain karena uang yang dikeluarkan klub profesional sudah besar," kata eks pemain PSIS dan Deltras itu.

Apalagi selama ini tidak ada ikatan kontrak antara SSB dan pemain atau siswa mereka selain ikatan proses belajar sepak bola saja. Andai saja SSB itu menjadi klub, walau amatir, hak mereka bisa dilindungi lewat aturan kompensasi pelatihan.

"Sejauh ini PSSI belum tegas memberlakukan aturan soal itu. Saya berharap regulasinya segera diperjelas antara SSB dan klub serta hak dan kewajiban mereka," tutur Fachrudin.