Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Belum adanya keseragaman program di sekolah sepak bola tampaknya masih menjadi salah satu kendala bagi pengembangan sepak Tanah Air. Parahnya, hingga kini masih banyak SSB yang harus membuat program yang mereka racik sendiri.
Hal itulah yang terjadi di SSB atau klub-klub pembinaan usia dini di Surabaya. Nyaris hanya SSA Arsenal Surabaya yang memiliki kurikulum yang seragam dengan induknya maupun SSA Arsenal lainnya.
"Benar, kami sudah punya kurikulum yang ditentukan dari Arsenal langsung. Kami tinggal mengadopsi dan menyesuaikan dengan kondisi di sini," ungkap Hanafing, pelatih SSA Arsenal.
Lain halnya dengan M. Fachrudin. Di SSB yang ia dirikan bersama Ibnu Grahan (sekarang pelatih Persebaya), ia harus membuat kurikulum sendiri.
Kami mengarang sendiri, tapi bukan berarti ngawur. Kami mengacu dan mengadopsi kurikulum yang dibuat oleh SSB besar di Jakarta dan luar negeri, tutur Fachrudin yang juga mantan pemain PSIS dan Deltras itu.
Ia menuturkan, bahwa SSB di Surabaya pada umumnya seperti itu. Masih sangat sedikit yang memiliki kurikulum paten untuk membekali ilmu sepak bola pada para siswanya. Kalau ada kurikulum yang jelas kan kita tidak perlu repot-repot. Ini hampir semua kami buat sendiri, katanya. (riz)
Hal itulah yang terjadi di SSB atau klub-klub pembinaan usia dini di Surabaya. Nyaris hanya SSA Arsenal Surabaya yang memiliki kurikulum yang seragam dengan induknya maupun SSA Arsenal lainnya.
"Benar, kami sudah punya kurikulum yang ditentukan dari Arsenal langsung. Kami tinggal mengadopsi dan menyesuaikan dengan kondisi di sini," ungkap Hanafing, pelatih SSA Arsenal.
Lain halnya dengan M. Fachrudin. Di SSB yang ia dirikan bersama Ibnu Grahan (sekarang pelatih Persebaya), ia harus membuat kurikulum sendiri.
Kami mengarang sendiri, tapi bukan berarti ngawur. Kami mengacu dan mengadopsi kurikulum yang dibuat oleh SSB besar di Jakarta dan luar negeri, tutur Fachrudin yang juga mantan pemain PSIS dan Deltras itu.
Ia menuturkan bahwa SSB di Surabaya pada umumnya seperti itu. Masih sangat sedikit yang memiliki kurikulum paten untuk membekali ilmu sepak bola pada para siswanya. Kalau ada kurikulum yang jelas kan kita tidak perlu repot-repot. Ini hampir semua kami buat sendiri, katanya. (Fahrizal Arnas)