Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kesuksesan Australia jadi tuan rumah Piala Asia 2015 mendapat perhatian Presiden FIFA, Sepp Blatter.
Usai menyaksikan partai final yang mempertemukan Korsel versus Australia (31/1), Blatter kepada media di Negeri Kanguru itu meyakinkan Australia untuk kembali mencalonkan diri sebagai tuan rumah Piala Dunia.
"Saya yakin bila Australia mampu dan sudah semestinya menyelenggarakan Piala Dunia, meski tak mudah. Negara ini jadi salah satu kandidat Piala Dunia 2022, tetapi cukup banyak yang tak setuju yang membuat mereka ada di urutan terakhir," kata Blatter dikutip di SBS.
"Tetapi, hal itu tak berarti mereka tak semestinya kembali dan mencoba lagi karena bila Anda tak pernah mengambil risiko, Anda tak akan pernah memiliki kesempatan. Namun, bila Anda mengambil risiko itu, Anda juga harus siap kalah," ujarnya.
Entah dukungan Blatter ini berdasarkan objektivitas atau sekadar tebar pesona di Australia mengingat pria berusia 78 tahun itu sekarang dalam masa pencalonan dirinya jadi Presiden FIFA lagi, untuk kelima kalinya.
Di sisi lain, Blatter mengakui FIFA memetik pelajaran bermanfaat dari pemungutan suara yang dilakukan untuk menghasilkan keputusan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 yang dilakukan sekaligus.
"2 Desember 2010, saya tak akan lupakan tanggal itu, di mana kami membuat keputusan untuk dua Piala Dunia, yang keliru. Kami nantinya akan membawa hal semacam ini ke kongres, yang akan memilih penyelenggara Piala Dunia serta pelaksana lain yang ditunjuk," ucapnya.
Blatter menegaskan FIFA bakal menggunakan pendekatan baru, termasuk berdasarkan hak asasi manusia dan hak lain jadi bagian dasar untuk mengorganisasi Piala Dunia, mulai Piala Dunia 2026.