Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Dua pertandingan di perempat final Piala Asia 2015, Jumat (23/1), menyajikan drama setelah empat tim harus menentukan nasib untuk memperebutkan dua sisa tiket ke semifinal lewat adu penalti.
Jepang dan Iran yang sebelum pertandingan lebih diunggulkan, akhirnya tersingkir. Sebaliknya, Irak dan Uni Emirat Arab (UEA) melaju ke semifinal.
Irak dan UEA juga punya kesamaan lain. Seorang penggawa, masing-masing di tim Iran serta Irak, mampu menceploskan tendangan penalti dengan gaya "panenka", yang butuh teknik, ketenangan, dan kepercayaan diri tinggi.
Pelaku panenka di kubu Iran adalah striker Younis Mahmoud sedangkan di UEA, Omar Abdulrahman. Pujian pun langsung diberikan pelatih terhadap pemain.
"Saya ikut senang untuk Abdulrahman, tapi saya sampaikan padanya agar tak melakukan tendangan seperti itu lagi. Saya hampir terkena serangan jantung melihat tendangannya," ujar Mahdi Ali, pelatih UEA, seperti dikutip di AFP.
"Tendangan penalti Abdulrahman sangat luar biasa dan Anda bisa melihat penalti itu mampu mempengaruhi motivasi kiper Jepang. Penalti pertama selalu jadi kunci," lanjut Ali, mengomentari penalti gelandang serang berusia 23 tahun itu.
Di susunan eksekutor penalti, Abdulrahman mendapat giliran pertama sementara Mahmoud ada di urutan kelima.
Istilah tendangan panenka diambil dari nama pesepak bola asal Republik Ceko, yang aktif bermain pada 1967-1989, Antonin Panenka. Panenka terkenal karena berhasil mengeksekusi penalti dengan gaya berbeda, yakni melambungkan bola di posisi tengah gawang. Gaya itu dilakukan Panenka pada final Kejuaraan Eropa UEFA pada 1976 kala Cekoslowakia bertemu Jerman. Sejak itu gaya tendangan serupa dikenal dengan sebutan panenka.
Penendang panenka yang sukses lain sesudah itu, termasuk Zinedine Zidane yang melakukan gaya itu di final Piala Dunia 2006 kontra Italia dan Andrea Pirlo di perempat final Piala Eropa 2012 melawan Inggris.