Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
tim Jawa Tengah di kompetisi Divisi Utama cenderung merata. Ini menjadikan pertarungan di antara tim Jateng selalu panas dan ketat. Terutama bila mereka berada dalam satu grup.
Salah satu buktinya, derbi di Jateng selalu berbalut emosi tinggi. PSIS Semarang bakal bertegangan tinggi bila bertemu rivalnya, Persijap Jepara. Begitu pula bila PSIR Rembang melawan Persijap atau PSIS. Derbi panas juga siap digelar saat Persip Pekalongan bertemu Persibat Batang.
Ya, tim-tim Jateng bakal bersaing ketat karena jumah peserta yang bertambah setelah Persibat Banyumas dan Persibat Batang promosi dari Divisi Satu. Sementara, Persijap yang musim lalu bertarung di Liga Super Indonesia (LSI) terdegradasi.
Menariknya, tim-tim Jateng terbelah dengan ber-home base di pantai utara Jawa (Pantura) dan di bagian tengah wilayah Jateng seperti Persipur Purwodadi, Persis Solo, PPSM Magelang dan Persibangga Purbalingga. Hanya satu yang bermarkas di pantai selatan, yaitu PSCS Cilacap.
Agak disayangkan bila tim-tim berkualitas dari Jateng sudah harus bertemu di penyisihan grup. Padahal, musim ini akan banyak tim yang terdegradasi. Perbandingannya 30-28 dari 58 tim DU.
“Dari jumlah tim peserta DU, hanya 30 yang tetap bertahan dan 28 lagi terdegradasi. Ini berarti dalam satu grup yang terdiri sembilan atau 10 tim, yang terdegradasi bisa empat atau lima tim. Agak disayangkan bila banyak tim dari Jateng yang terdegradasi karena berada di grup sama,” tutur manajer Persis, Totok Supriyanto.
Menurutnya, lebih baik penyisihan grup di Jawa diacak mulai Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan DIY. Dengan demikian tidak semua tim bagus berada di grup sama.
“Ini untuk menghindari tim-tim yang punya kualitas sudah langsung terdegradasi karena berada di grup berat. Lebih baik pembagian grup dibuat acak dari Jatim sampai Jabar. Jadi dalam satu grup terdiri dari klub-klub di beberapa provinsi,” jelasnya.
Konsekuensinya, dana klub sedikit membengkak karena kebutuhan transportasi. Namun perbedaannya tidak terlalu jauh karena transportasi di Jawa lebih mudah dan murah.
“Pengeluaran untuk tim yang bergabung dengan tim dari Jateng sesungguhnya tidak jauh berbeda. Kami hanya mengeluarkan sedikit tambahan untuk transportasi karena harus keluar Jateng,” katanya.