Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
16 dan U-19, Fachri Husaini ikut memantau pergerakan Menpora Imam Nahrawi untuk sepak bola Indonesia dengan membentuk Tim 9.
Fachri mengaku siap bila diminta untuk berdiskusi. Ada beberapa hal yang ingin diutarakan. Poin utamanya adalah soal pembinaan. Dalam satu tahun membentuk timnas usia muda, Fachri menemukan banyak kendala yang dialami para pesepak bola cilik di daerah. Terutama fasilitas lapangan yang sebagian besar milik dan dikelola oleh pemerintah.
“Kalau bicara soal pembinaan, Tim 9 juga harus membuat Kemenpora introspeksi. Apakah pemerintah sudah memenuhi kewajibannya membuat infrastruktur?” kata Fachri.
Di banyak daerah, Stadion Utama adalah aset milik pemerintah daerah di bawah Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD), meski terkadang pengelolaannya diserahkan ke pihak ketiga. SSB atau klub lokal tidak gratis memakai lapangan, mereka menyewa dengan harga yang bervariasi.
“Untuk latihan dan kompetisi berbeda. Yang saya keluhkan adalah, bila mereka sudah menyewa maka pemerintah harus membangun sarana yang baik. Anggaplah mereka ini konsumen, seharusnya jualannya juga barang bagus. Tapi kondisinya berbeda, di Indonesia berapa coba daerah yang memiliki lapangan representatif,” keluh Fachri.