Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Manahati Lestusen Ungkap Rahasia di Balik Namanya

By Wiwig Prayugi - Jumat, 2 Januari 2015 | 15:00 WIB
Manahati Lestusen foto bersama penggemar. (Fernando Randy/Bolanews)

Desa Liang, Kecamatan Salahutu, Maluku Tengah, adalah kampung halaman Manahati Lestusen, bek timnas dan Barito Putera. 

Pada 17 Desember 1993, Manahati lahir dari pasangan H. Muhamad Abas Lestusen dan Jania Pari. Ada satu cerita di balik nama depan mantan penggawa Persebaya itu. Manahati adalah nama kakek buyut dari garis keturunan Abas Lestusen. 

"Itu merupakan tradisi klan Lestusen. Nama adik saya yang bernama Abdurrahman juga diambil dari nama kakek dari ayah," ungkap Manahati.
Oleh karena itu, panggilan akrab Manahati adalah Oyang. Oyang dalam bahasa Ambon berarti kakek buyut. "Makanya di keluarga saya kalau ada yang marah dengan saya agak tidak enak, karena sama saja marah dengan kakek buyut," katanya. 
Manahati adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara. Sejak kecil, Manahati sudah piawai menggocek si kulit bundar. Tempat latihannya di pinggir pantai Liang dengan pemandangan yang indah.

"Itu merupakan tradisi klan Lestusen. Nama depan adik saya, Abdurrahman, juga diambil dari nama kakek dari ayah," ungkap Manahati.

Oleh karena itu, panggilan akrab Manahati adalah Oyang. Oyang dalam bahasa Ambon berarti kakek buyut. Keluarga Lestusen percaya, dengan mewariskan nama depan leluhur ke generasi berikutnya, tradisi dan nama baik keluarga akan terus terjaga. Selain itu, si anak yang diberi nama depan sama dengan leluhur akan menjadi keturunan yang baik dan amanah.

Tapi ada cerita lucu gara-gara nama itu. "Di keluarga, kalau ada yang marah dengan saya agak tidak enak, karena sama saja marah dengan kakek buyut," katanya. 

Manahati adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara. Sejak kecil, Manahati sudah piawai menggocek si kulit bundar. Tempat latihannya di pinggir pantai Liang dengan pemandangan yang indah. Dari situlah, bakat alam Manahati terasah. Dari sepak bola, Manahati akhirnya menemukan jatidiri. 

"Terkadang saya berfikir mau jadi apa saya tanpa sepak bola. Karena dari kecil saya hanya senang bermain bola," ujarnya.