Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Orang yang Beri Bukti Ada Korupsi FIFA Diteror

By Suryo Wahono - Jumat, 21 November 2014 | 06:24 WIB
Buntut tuduhan pelanggaran dalam penawaran tuan rumah Piala Dunia. (Ilustrasi)

Seorang whistleblower mengklaim bahwa dia menjadi sasaran pihak Qatar setelah turut memperkuat tuduhan korupsi atas tawaran negara Timur Tengah tersebut untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022.

Phaedra Almajid, yang pernah bekerja untuk tim Qatar 2022, sebelum kehilangan pekerjaan pada 2010, mengklaim menghabiskan sisa hidupnya dalam ketakutan, setelah menerima sejumlah ancaman terhadap dirinya dan anak-anaknya.

Sebabnya, dia memberikan bukti untuk penyelidikan independen yang dilakukan oleh Michael Garcia soal penawaran Piala Dunia 2018 dan 2022.

Padahal, bukti yang diberikannya dengan kondisi anonimitas (tak disebut namanya), yang dia percaya memang sengaja dilanggar dalam ringkasan laporan Garcia yang diterbitkan hakim komite etika FIFA, Hans-Joachim Eckert, pekan lalu.

"Apakah saya menyesal menjadi whistleblower Qatar? Ada ongkos buat saya pribadi, ada ongkos emosional. Saya tahu pasti akan selalu harus waspada selama sisa hidup saya," kata Almajid kepada Sky Sports.

"Itu telah mengorbankan kredibilitas saya dan yang paling penting, keamanan saya dan anak-anak saya."

"Namun, saya memang menyaksikan sesuatu dan percaya bahwa saya harus mengatakan apa yang telah saya saksikan."

Almajid juga mengatakan bahwa telah terjadi banyak serangan cyber, banyak dari mereka diarahkan ke anak-anaknya.

"Saya percaya itu dari Qatar. Mereka tahu banyak informasi tentang saya, sehingga saya tidak percaya FIFA tahu atau tertarik."

"Saya adalah ancaman yang lebih besar untuk Qatar daripada untuk FIFA."

Sementara itu, Presiden FIFA Sepp Blatter telah menolak permintaan Greg Dyke, ketua FA, untuk mempublikasikan laporan Garcia soal penawaran Piala Dunia.

Blatter telah membalas surat dari Dyke dan mengatakan bahwa penerbitan laporan kepada publik akan melanggar peraturan FIFA dan hukum Swiss.

Garcia telah menyusun sebuah laporan setebal 430 halaman tentang Piala Dunia 2018 dan 2022, yang telah dimenangkan oleh Rusia dan Qatar, tapi hakim etika FIFA menilai proses penawaran kedua negara bersih dan siap menjadi tuan rumah turnamen.

"FIFA akan melanggar tak hanya aturan sendiri, tetapi juga hukum Swiss dengan mempublikasi laporan yang dimaksud."

FIFA pada hari Selasa lalu mengumumkan telah mengajukan aduan pidana dengan Jaksa Agung Swiss sehubungan individu, yang tidak disebutkan namanya, yang melaporkan sejumlah yang mungkin telah melanggar hukum Swiss selama penawaran Piala Dunia.