Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
individu dari Skandinavia. Jante sendiri diambil dari sebuah kota imajiner yang tercantum dalam karya novelis terkenal berdarah Denmark-Norwegia, Aksel Sandemose. Secara umum, falsafah tersebut berbicara tentang sebuah prinsip egaliterianisme, kesetaraan dalam menjaga sebuah harmoni. Jangan pernah berpikir lebih baik dari yang lain, jangan pernah menggurui, jangan pernah menertawakan orang lain. Semua dilakukan atas dasar kepercayaan pentingnya sebuah konformitas dari sebuah harmoni sosial. Hal ini membuat beberapa atlet asal Skandinavia jarang terlibat konflik di manapun ia meniti karier.
Aalborg, Denmark, 27 tahun yang lalu. Lahir seorang bayi laki-laki yang kemudian meniti kariernya menjadi seorang pebulu tangkis hebat. Ia diberi nama Jan Ostegaard Jorgensen oleh kedua orang tuanya. Tidak banyak yang tahu, hingga pria yang merajah tubuhnya itu menjadi juara Indonesia Open 2014 bulan Juni lalu.
Denmark memang dikenal sebagai salah satu penghasil talenta-talenta hebat di bidang olahraga. Sepak bola lebih dulu menjulangkan negara yang beribu kota di Kopenhagen. Beberapa nama dalam olahraga Si Kulit Bundar lebih familiar di telinga masyarakat Indonesia, sebut saja Michael Laudrup, dan sang adik, Brian, John-Dahl Tomasson, Peter Schmeichel, hingga Thomas Helveg.
Selain sepak bola, sesungguhnya bulu tangkis tak kalah tenar, seperti yang diungkapkan oleh pesepak bola Denmark, Christian Poulsen ketika berkunjung ke Jakarta. Ia mengatakan bahwa bulu tangkis sangat digemari di negaranya. Beberapa pebulu tangkis Denmark sempat mengecap sukses yang mendunia, sebut saja nama Morten Frost Hansen, yang oleh kolega seprofesi dijuluki sebagai “Mr. Gentleman”, kemudian ada nama Paul Erik Hoyer Larsen, Peter Rasmussen, hingga Peter Gade Cristensen yang sempat akrab dengan telinga penggemar bulu tangkis di Nusantara. Semuanya merupakan pebulu tangkis hebat. Namun, ironisnya, mereka semua justru belum pernah merasakan juara di Indonesia, sebuah negara yang identik dengan olahraga tepok bulu ini.
Ada sebuah anekdot bahwa prestasi Anda tak akan lengkap tanpa meraih gelar di Indonesia. Penantian Denmark selama bertahun-tahun akhirnya terbayar. Pria yang menebus rasa penasaran itu tak lain adalah Jan Jorgensen, yang menggemari bulu tangkis sejak pukulan pertamanya pada usia empat tahun. Minggu (22/6) ia sukses mengakhiri penantian selama puluhan tahun. Ia pun sukses mengukir rekor yang akan terus tercatat dalam sejarah, menjadi pemain Eropa pertama yang menjuarai Indonesia Open.
Jorgensen menjadi yang terbaik dalam turnamen Premier Super Series yang bertajuk BCA Indonesia Open 2014 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation dengan perjuangan yang memeras peluh dan darah. Ia sukses merengkuh gelar juara tanpa kehilangan satu set pun sejak babak utama. Ia bahkan sukses menundukkan Chen Long di semifinal dengan 21-19 dan 21-18. Di final, ia berhadapan dengan wakil Jepang yang menghuni peringkat empat BWF, Kenichi Tago. Meski pertandingan berjalan ketat seperti semifinal, Jorgensen kembali tampil konsisten dan sukses menyudahi perlawanan pebulu tangkis Jepang tersebut dengan 21-18 dan 21-18. Jorgensen yang menempati unggulan ketiga, di bawah Lee Chong Wei (Malaysia) dan Chen Long (Tiongkok) tampil sempurna sejak awal turnamen.
Pria yang sempat menekuni olahraga kriket ketika kecil ini tengah menikmati puncak kariernya sebagai pebulu tangkis profesional. Gelar Premier Super Series BCA Indonesia Open 2014 pun melengkapi raihan gelar lain yang lebih dulu ia raih dan melambungkan namanya ke dalam jajaran pebulu tangkis elite dunia.
Salah satu hal menarik dari pria yang sangat ekspresif ini adalah filosofinya dalam berkarier. Baginya, kesuksesan adalah menjadi bahagia dan melakukan apapun yang Anda cintai, seperti yang tercantum dalam halaman profilnya di situs resmi BWF. Ia menjalani kariernya dengan cinta dan penuh hasrat tanpa terkesan arogan karena kehebatan yang ia miliki. Filosofi itu sejalan dengan kebanyakan orang-orang Denmark, atau Skandinavia yang pada umumnya mempercayai falsafah Jante (atau lebih dikenal dengan Law of Jante).
Secara keseluruhan, penyelenggaraan BCA Indonesia Open 2014 terbilang sukses dan tetap memukau para penggemar olahraga tepok bulu ini. Namun, kekecewaan tentu tidak bisa disembunyikan. Bahwa tak ada satupun wakil Indonesia yang berhasil meraih juara menimbulkan kerisauan tersendiri. Masih ada waktu berbenah dan bersiap sembari menantikan edisi Indonesia Open berikutnya. Indonesia memang sukses menjadi tuan rumah yang mampu menghadirkan histeria massal di Istora. Namun, masih memiliki banyak pekerjaan rumah untuk kembali menjadi jawara di tanah sendiri, di Indonesia. Mungkin, para pebulu tangkis Tanah Air bisa mengadaptasi falsafah Jante seperti para atlet Skandinavia, khususnya Jan Jorgensen.