Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Studi yang dilakukan Opta mengungkapkan bahwa gol lebih mudah didapatkan oleh tim yang menerapkan filosofi operan pendek.
Chelsea (persentase operan panjang 10,5 persen), Southampton (13,3), Man. City (7,6) dan Everton (11,5) rata-rata sanggup dua kali menggetarkan jala gawang lawan di setiap laga.
Sebaliknya, tim-tim yang hobi memainkan pendekatan sepak bola direct terbilang lebih susah mencetak gol. Rataan gol per gim Aston Villa (persentase operan panjang 17,2 %), Burnley (20,4 %), QPR (18,2 %), dan Stoke (15,6 %) bahkan tak mencapai angka satu.
Kendati demikian, West Ham muncul sebagai anomali. The Hammers nangkring di posisi keempat klasemen kendati konsisten menggeber gaya lawas kick and rush. Mereka adalah satu-satunya tim di lima besar yang memiliki persentase bola panjang lebih dari 15 persen.
Pendekatan ala West Ham juga terbukti ampuh meredam permainan taktis Liverpool dan Man. City. Kedua tim tersebut takluk 1-3 dan 1-2 kala bersua The Hammers.
“Filosofi Arsene Wenger (Manajer Arsenal), Brendan Rodgers (Liverpool), dan Manuel Pellegrini (Man. City)berbeda dari kami. Taktik kami sangat bergantung dengan siapa lawan yang dihadapi. Sementara mereka bakal berkata ‘kami akan selalu memainkan gaya ini,’. Mereka selalu menerapkan pendekatan yang sama. Karena itulah Anda bisa mengalahkan mereka,” kata ahli strategi West Ham, Sam Allardyce, kepada Telegraph.
Lewat filosofinya itu, Allardyce yakin West Ham akan tetap berada di EPL saat tim berpindah markas ke Olympic Stadium pada musim 2016/17.
“Satu-satunya jalan adalah untuk terus mendapatkan poin, yakni dengan tidak melepas 85 persen operan di lini tengah. Hal itu terlihat menawan, namun tim tidak menang,” sambung pelatih berjulukan Big Sam itu.