Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
29 September 2014 di Gyeyang Gymnasium, Incheon, Korea.
Untuk mendukung kiprah para pebulutangkis Indonesia di AG 2014, mantan pebulutangkis putri Indonesia, Retno Kustijah, berbagi sedikit cerita Inspiratif dengan BOLA.
Ketika ditemui di Gedung Bulu Tangkis Rudy Hartono, Ragunan, Jaksel, beberapa waktu lalu, Retno sedang melatih para pebulu tangkis Jaya Raya. Retno tetap lincah. Gerakannya cepat, respons oke, dan masih aktif melatih!
Banyak yang tak percaya bahwa peraih tiga emas Asian Games (AG) ini telah berusia 72 tahun. Selalu aktif, disiplin menjaga diri dalam hal asupan makanan, memiliki pikiran positif, dan berolah raga adalah kegiatan yang dilakukan Retno agar kesehatannya tetap fit.
“Mantan pemain belum tentu bisa menjadi pelatih karena pelatih harus bisa menjadi ayah, ibu, kakak, adik, dan teman. Semuanya bersamaan. Saya berusaha memberikan para atlet muda ini disiplin dan tanggung jawab agar mereka bisa memberikan yang terbaik bagi Indonesia,” ujar Retno.
Disiplin, tanggung jawab, serta semangat pantang menyerah inilah yang mengantarkan Retno meraih dua emas (nomor ganda putri dan beregu) di AG 1962 yang digelar di Jakarta, satu emas (nomor ganda putri) AG 1966 di Bangkok, dan banyak gelar lainnya.
Perempuan anggun nan santun ini bisa meraih dua emas di AG 1962 bukan tanpa kerja keras. Dia menyadari kekurangannya dan berusaha memperbaiki diri.
“Saya dan almarhumah Minarni selalu dipasangkan sejak 1959. Kami tinggal dalam satu kamar dan ke mana pun bersama. Kami saling mengoreksi. Salah satunya, saya memperkuat otot pergelangan tangan dengan botol air yang diisi pasir. Dulu belum ada barbel seperti sekarang,” tutur Retno.
“Asian Games 1962 di Jakarta adalah AG pertama saya. Bermain di depan seluruh rakyat Indonesia menjadi hal yang membanggakan. Bahkan, penganugerahan medali nomor yang kami menangkan dilakukan oleh Sultan,” ujar Retno.