Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
5-2 atau 5-3-2 dari Louis van Gaal sukses membawa Belanda berada di peringkat tiga Piala Dunia 2014.
Meski hasil positif sudah terlihat, suksesor Van Gaal, Guus Hiddink, memilih menerapkan taktik klasik Totaal Voetbal: 4-3-3.
Skema agresif tersebut diuji tatkala Belanda bersua Italia di partai persahabatan, Kamis (4/9). Hasilnya? Tim Oranye takluk 0-2. Dua gol Gli Azzurri tercipta ketika duel baru berlangsung 10 menit!
Pendapat bahwa modul 4-3-3 tidak sesuai dengan Belanda saat ini. Namun, Wesley Sneijder membantah.
"Hal ini bukan karena sistem bermain. Setiap pelatih top menganalisa rival secara mendalam, kemudian menerapkan taktik.4-3-3 sesuai dengan kami. Lagipula, menguasai berbagai formasi justru memperlihatkan kelebihan tim Anda," ucap gelandang Galatasaray itu kepada Telesport.
Bila ingin mencoba lagi 4-3-3 saat bertemu Republik Ceska, Rabu (10/9), penting bagi Hiddink untuk menurunkan anak asuh yang paham strategi tersebut. Terkait hal ini, Memphis Depay mungkin jawaban yang dicari pembesut berumur 67 tahun itu.
Depay sangat tajam di Eredivisie 2014/15. Sayap kiri PSV itu merajai daftar pencetak gol terbanyak liga hingga pekan keempat, yakni lima gol. Bukan kebetulan bahwa klub Depay bermain dengan format 4-3-3.
Di PD 2014, bakat Depay tercium dunia. Padahal, dia hanya sekali dimainkan sejak menit awal dari empat penampilan dan tidak diplot sebagai sayap kiri, melainkan striker. Meski begitu, pemuda berumur 20 tahun itu sanggup mengukir dua gol dan satu assist.
"Depay punya potensi menjadi pemain terbaik Belanda. Saya menyadari bahwa dia lebih berpotensi dari yang pertama kali saya duga sejak saya bekerja dengannya. Dia masih punya banyak ruang untuk berkembang," kata Hiddink, seperti dilansir Voetbal International.
Ketika Belanda ditekuk Italia, Depay tidak mendapat kesempatan satu menit pun untuk memperlihatkan kebolehannya. Hiddink memercayai Dirk Kuyt sebagai starter.