Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
rata hanya dihadiri 4.685 penonton, sementara kapasitas GBT mencapai 50 ribu orang.
Rendahnya antusiasme penonton di level LSI itu menular pada pelaksanaan babak 12 besar LSI U-21 Grup L, yang saat ini berlangsung, juga di Stadion GBT. Berbagai faktor seperti jauhnya akses menuju stadion serta minimnya angkutan menuju markas Bajul Ijo turut menjadi alasan penyelenggaraan babak 12 besar Grup L LSI U-21 sejauh ini sepi penonton.
Pada partai pertama (2/9), jumlah penonton yang mengisi stadion yang terletak di ujung barat Surabaya itu kurang dari 100 orang. Terasa sangat jomplang dengan kapasitas GBT. Panpel Persebaya hanya bisa pasrah menghadapi situasi ini. Kemungkinan kerugian yang ada di depan mata tidak bisa dihindari lagi.
Upaya memindahkan lokasi babak 12 besar LSI U-21 ke stadion lain tidak dimungkinkan karena Stadion GBT merupakan satu-satunya stadion yang boleh dipergunakan Pemerintah Kota Surabaya. “Sementara jika kami mengalihkan pertandingan ke stadion lain, yang standar fasilitasnya sedikit lebih rendah, juga ditolak PT LI,” ucap Hadiansyah, sekretaris panpel Persebaya.
Padahal, ongkos sewa Stadion GBT terbilang mahal, yakni Rp35-45 juta untuk siang hari dan Rp75 juta untuk malam hari. Jumlah itu dipastikan tidak bisa ditutupi hanya dengan mengandalkan pemasukan dari tiket penonton.
Untuk harga tiket babak 12 besar LSI U-21 di Surabaya, panpel mematok Rp 15ribu untuk kelas ekonomi, Rp25 kelas utama, dan Rp50 untuk kelas VIP. Hanya, tiket yang dijual dengan harga terjangkau itu tetap tidak mampu mendongkrak antusiasme publik Surabaya.