Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Dua Dekade Tanpa Gelar Tunggal Putra dan Putri

By Riemantono Harsojo - Senin, 10 Maret 2014 | 17:54 WIB
Hariyanto Arbi (AFP)

Pasangan Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan dan Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir berhasil menjadi juara All England 2014. Namun, tren gagal juara milik Indonesia di dua nomor bergengsi, yakni tunggal putra dan tunggal putri, terus berlanjut. Sebuah catatan buruk yang telah berlangsung selama dua dekade terakhir.

Sejak mengawinkan gelar tunggal putra dan putri di All England tahun 1994, wakil Merah-Putih belum pernah lagi merasakan gelar juara turnamen bulutangkis tertua di dunia tersebut. Kala itu, dua legenda hidup bulutangkis Indonesia, Hariyanto Arbi dan Susi Susanti sukses menjadi yang terbaik usai mengalahkan lawan masing-masing di partai final.


Susi Susanti menyudahi perlawanan pemain Cina, Ye Zhaoying, dua set langsung (11-5 dan 11-9). Sementara Hariyanto Arbi, sang pemilik pukulan smash 100 watt, mengalahkan rekan senegara, Ardy Wiranata, juga dengan dua set langsung (15-12 dan 17-14).


Setelah itu, wakil Indonesia di kedua nomor ini hanya bisa memandangi lawan-lawannya mengangkat trofi All England. Prestasi terbaik hanyalah menjadi runner up sebanyak empat kali untuk putra (1995, 1999, 2000, 2002). Nomor putri bahkan tidak pernah lagi mencapai babak final setelah tahun 1994.


Pada All England 2014, pencapaian terbaik tunggal putra dan putri Indonesia hanyalah sampai babak kedua. Dionysius Hayom Rumbaka dan Lindaweni Fanetri tak berdaya menghadapi wakil Korea Selatan, Shon Wan-Ho dan Sung Ji-Hyun.


Hayom kalah melalui perjuangan tiga gim (16-21, 21-14, 10-21), sedangkan Lindaweni menyerah dua gim langsung (21-23, 11-21).

Laporan: Indra Citra Sena