Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Federasi Sepak Bola Aljazair (CAF) telah menghentikan seluruh aktifitas sepak bola di negaranya tanpa ada batas waktu. Hal ini dilakukan setelah adanya pemain asal Kamerun, Albert Ebosse yang meninggal oleh tindakan anarkis fan.
Ebosse meninggal setelah kepalanya terkena batu yang dilemparkan oleh fan. Hal itu terjadi ketika dirinya meninggalkan lapangan setelah timnya, JS Kabylie dikalahkan oleh USM Alger di Tizi Ouzou, pada Sabtu (23/8).
Pemerintah Aljazair langsung memerintahkan untuk menutup stadion dari 1 November 1954 tanpa memberikan batas waktu. Bahkan kini hal itu juga berlaku di semua stadion yang ada di negara tersebut.
CAF mengatakan bahwa mereka telah menunda liga hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Hal ini sebagai protes atas tindakan fanatik yang tidak bertanggung jawab dan aksi holiganisme dengan melakukan kekerasan di dalam stadion hingga tingkat yang sudah tidak dapat lagi diterima.
CAF pun menambahkan bahwa pihaknya sedang mempertimbangkan untuk mengambil tindakan lebih lanjut kepada klub yang bermasalah, termasuk dari semua kompetisi yang diselenggarakan di Aljazair.
CAF pun telah memberikan santunan kepada keluarga Ebosse sebesar 100 ribu dolas Amerika Serikat ditambah jumlah yang ada selama periode kontraknya. Selain itu, para pemain JS Kabylie juga masing-masing akan menyumbangkan gaji satu bulan mereka kepada keluarga Ebosse.
Sebuah penyelidikan atas kematian Ebosse dan penyelidikan lebih mendalam mengenai holiganisme di sepak bola Aljazair telah dilakukan. Usut punya usut, ternyata stadion 1 November 1954 itu ternyata kini sedang dalam tahap renovasi.
Hal ini dipercaya menjadi salah satu penyebab adanya aksi pelemparan batu kepada pemain di dalam stadion. Namun, penyelidikan masih terus berlangsung dan mempertanyakan mengapa stadion itu bisa digunakan ketika kegiatan renovasi masih berlangsung.