Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
baru ini?
Serena yang membuat debutnya di tim senior Italia hanya kurang dari setahun lalu, adalah pemain berbakat yang memang dicari-cari Enzo Beazort selama ini. Ia direncanakan pelatih bertangan dingin itu untuk mengujung-tombaki timnya di Meksiko nanti.
Kendati sudah tujuh tahun main dalam Divisi Satu Italia, namun perjalanan karirnya penuh liku-liku jatuh bangun. Karenanya tak heran kalau ia baru bisa sungguh-sungguh berkembang dalam dua tahun terakhir ini.
Apabila pulih kembali dari cedera di pahanya, Serena tak pelak lagi berada di ambang kemujuran untuk meraih tempat di barisan depan tim Italia dalam pertandingan pertamanya di Meksiko melawan Bulgaria pada 31 Mei. Tapi ia sendiri tidak mau tergesa-gesa membiarkan otaknya melahap angan-angan itu.
"Tak ada yang bisa dipastikan betul-betul menghadapi arena akbar itu," ujarnya. "Jika Anda menanyai saya setahun yang lalu tentang apa yang saya harapkan pada tahun 1985, maka saya akan menjawab, saya tidak mengharapkan yang macam-macam".
"Saya bukan orang yang suka membuat banyak rencana. Saya akan menjalankan apa yang saya hadapi. Itu sudah cukup bagi saya. Saya harus berusaha keras mendapatkan paspor saya ke Meksiko. Dan, bersama Altobelli, kami bisa menjadi dua penyerang yang baik.
"Kami berdua memilik watak yang bisa saling melengkapi. Dengan begitu, mudah bagi kami mempersatukan diri satu sama lain. Altobelli lebih merupakan teknisi, sedangkan saya lebih memiliki power."
Serena yang punya gaya khas dengan tinggi badan 183 cm itu memulai karirnya pada usia 17 tahun dalam musim kompetisi 1977-1978. Ia mencetak 9 gol dalam 29 kali penampilannya di klub Divisi Empat Italia, Montebelluna.
Klub berikutnya, Inter Milan yang terhitung kuat. Tetapi peluangnya di sini amat terbatas. Dalam musim kompetisi pertama baginya di klub itu, ia hanya mencetak satu gol dalam dua kali pertandingan.
Serena kemudian memulai perjalanan muhibahnya dari kota ke kota. Musim berikutnya ia gunakan untuk memperkuat klub Como. Dari sana ia memasuki Bari, kemudian Inter, lalu AC Milan, kembali lagi ke Inter, lalu ke Torino, dan akhirnya ke Juventus. Dengan begitu, ia tak pernah bermain di klub yang sama setiap musim kompetisi.
Kemampuannya berkembang ketika ia bermain untuk musim kompetisi ketiga di Inter pada 1983-1984. Ia mencetak 8 gol dalam 28 kali penampilannya. Sejak itu, ia menjadi sebagian dari tim nasional Italia yang bertanding di Olimpiade Los Angeles dengan mencetak satu gol.
Pelatih Enzo Bearzot cukup terpesona menyaksikan kemampuan Serena. Pemain muda ini dinilainya memiliki sikap dan ketrampilan yang cukup berbobot untuk ditampilkan dalam kompetisi kelas tinggi seperti Piala Dunia.
Namun sayangnya, Bearzot tidak mempunyi banyak kesempatan untuk menguji lebih jauh kecakapan bintang muda ini. Serena hanya pernah dipasang lima kali dalam pertandingan internasional. Dalam pertandingan Liga, Maret lalu, ia menderita cedera otot paha. Akibatnya, ia terpaksa absen selama 6 minggu.
(Penulis: Hikmat Kusumaningrat, Mingguan BOLA Edisi No. 113, 25 April 1986)