Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

Ukiran Sejarah yang Tak Terlupakan

By Fajar Mutaqin Ahmad - Sabtu, 14 Juni 2014 | 19:26 WIB
Marcelo (kanan), terpukul saat mencetak gol bunuh diri. (Pedro Ugarte/AFP)

Seluruh pemain sepak bola pasti ingin mencetak gol pembuka di ajang sebesar Piala Dunia. Tapi apa jadinya jika gol yang dicetak adalah gol bunuh diri? Cacian dan makian sudah tentu bakal dilontarkan oleh para suporter kepada sang pelaku.

Keadaan ini hampir saja dialami oleh bek Brasil, Marcelo. Bayangkan saja, dia harus mengalami nasib sial akibat salah mengantisipasi umpan silang yang dilepaskan penyerang Kroasia, Ivica Olic, ke jantung pertahanan Selecao.

Pemain Real Madrid itu tampak terkejut karena sebelum sampai ke kakinya, bola terlebih dulu menyentuh Nikica Jelavic. Dia lantas mengukir sejarah sebagai pencetak gol bunuh diri pertama di laga pembuka Piala Dunia, serta pencetak gol bunuh diri pertama Brasil di ajang Piala Dunia.

Beruntung, Brasil mampu bangkit di sisa waktu dan membalikkan keadaan menjadi 3-1. Marcelo pun lolos dari lubang jarum. Usai pertandingan, dia merasa lega karena urung mendapat serangan kritik dari suporter tuan rumah.

“Saya benar-benar lega sekarang. Rekan-rekan telah membantu mengangkat beban berat di pundak saya. Dalam pertandingan, saya sempat merasa bersalah. Tetapi semua itu sudah berlalu dan kini pikiran saya telah normal kembali,” ujar Marcelo seperti dilansir situs FIFA.

Marcelo pantas bersyukur. Dia pasti paham jika timnya gagal meraih kemenangan, maka yang akan dijadikan kambing hitam adalah dirinya. Seperti diketahui, fan Brasil sangat fanatik. Mereka tidak bisa mentolerir kesalahan individual yang berbuntut pada kegagalan di Piala Dunia.

Apalagi, mereka masih terus dibayang-bayangi oleh peristiwa Maracanazo 1950. Kala itu, kekalahan 1-2 yang dialami Brasil atas Uruguay membuat seluruh pemainnya dikecam.

Satu pemain yang mendapatkan cap kambing hitam adalah kiper Moacir Barbosa karena dianggap gagal mengantisipasi dua gol Uruguay yang dicetak Juan Alberto Schiaffino dan Alcides Ghiggia.