Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Pada Maret 1999, Keisuke Honda yang masih berseragam sekolah menulis sebuah surat yang berisi tentang impiannya terhadap sepak bola. Surat itu kemudian dipublikasikan pada awal tahun ini.
Tulisan tersebut berjudul “Mimpi Saya di Masa Depan”. Dalam catatan itu, Honda bertekad akan bekerja keras mewujudkan impiannya setahap demi setahap. Pertama ialah mencicipi Piala Dunia. Selepas itu, dia akan bermain di Serie A dan mengenakan nomor punggung 10. Dia juga menuliskan ingin bergaji empat miliar Yen per tahun, lalu meneken kontrak dengan produk sepatu top dan semua orang akan membeli.
“Saya akan tampil di turnamen empat tahun sekali yang selalu disaksikan banyak orang, Piala Dunia. Setelah bermain bagus di Italia, saya akan kembali ke Jepang. Melakukan pertemuan dengan Federasi Jepang, diberikan nomor punggung 10 dan menjadi pemimpin tim. Saya ingin mengalahkan Brasil 2-1 di final Piala Dunia,” demikian Honda pada paragraf ke tujuh sampai sembilan di tulisan itu.
Lalu, apakah yang Honda saat kecil bisa menerawang masa depan? Ataukah dia seperti robot penjelajah waktu, Doraemon? Honda tidak dianggap seperti itu. Label fantasista yang dilekatkan oleh para penggemar maupun pencipta komik menggambarkan bahwa keyakinan seseorang yang kemudian ditindaklanjuti dengan kerja keras akan membuahkan hasil. Setidaknya, Honda sudah membuktikannya hingga ia berkostum nomor 10 di Seri-A. So, bagaimana di Brasil?
“Jepang seharusnya tidak meragukan Honda. Dia pemain hebat dan tipe penjelajah di setiap sudut lapangan,” tegas Clarence Seedorf seperti dilansir FourFourTwo.com.