Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Aspac Jakarta memang yang paling pantas mewakili tim Speedy NBL Indonesia yang bisa menghadang ambisi Satria Muda Britama. Aspac berstatus juara bertahan. Mereka pun menunjukkan konsistensinya sepanjang musim ini. So, Andakara Prastawa Adhyaksa dkk memang salah satu tim terbaik di musim ini yang bisa mengganjal Satria Muda.
Aspac sudah melewati laga susah di Championship Series di Yogyakarta. Namun ujian yang sesungguhnya di final melawan Satria Muda di GOR UNY, Sabtu (14/6).
Ini menjadi final ideal setelah kedua tim menyingkirkan lawan-lawannya. Aspac harus bertarung keras sebelum menyudahi perlawanan Pelita Jaya. Meski menang dengan hanya satu angka untuk menembus 100, namun Aspac sempat kerepotan menghadapi Pelita Jaya.
Satria Muda pun tidak kalah tegang saat menghadapi Garuda Speedy Bandung di semifinal. Kedua tim saling mengejar angka sebelum akhirnya Satria Muda 77-72.
Satria Muda punya semangat untuk kembali yang terbaik setelah gagal total di musim lalu. Usai dua kali juara berturut-turut di NBL Indonesia, Satria Muda mengalami keterpurukan. Dominasi mereka dipatahkan Aspac, rival bebuyutan.
Kini, mereka ingin meraihnya kembali. Usaha untuk bangkit pun tak sia-sia. Di bawah pelatih Cokorda Raka Satrya Wibawa, Satria Muda sukses menjadi juara musim reguler. Dan, mereka ingin menyempurnakannya di final Championship Series.
“Juara di Championship Series adalah target kami. Hanya, kami harus bekerja keras karena menghadapi lawan yang kuat. Sementara kami harus memperbaiki pertahanan. Berbahaya bila tidak memperbaikinya karena kami kesulitan dengan fast break dari Garuda. Padahal, fast break Aspac jauh lebih baik,” kata Cokorda, pelatih yang akrab disapa Wiwin ini.
Tak hanya itu. Aspac memiliki shooters andalan, Prastawa dengan spesialisasi tembakan tiga angka, Xaverius Prawiro dan Pringgo Regowo. Wiwin pun mewaspadainya.
“Aspac punya shooters terbaik. Mereka juga punya kelebihan dalam tembakan tiga angka. Jadi harus ada perbaikan pada pertahanan di laga final,” tandasnya.
Pelatih Aspac Rastafari Horongbala menilai kekuatan Satria Muda ada pada semangat. Keinginan dan gairah untuk menembus kegagalan di musim lalu yang membuat mereka tampil maksimal.
“Di babak reguler, kami tiga kali bertemu dan selalu menelan kekalahan. Mereka menunjukkan sebagai tim yang berpengalaman. Menghadapi Satria Muda, kami tak boleh longgar sedikit pun. Berbahaya bila itu sampai terjadi. Motivasi pemain Satria Muda memang sangat tinggi,” ucap Rastafari.
Siapa pun, juaranya ditentukan di lag final. Faktor mental pun tentu ikut berperan. Peringatan Rastafari pun pantas diperhatikan. “Kami tak terbebani di laga final dengan status juara bertahan. Bila kalah, kami hanya turun satu peringkat,” ungkapnya.
Satria Muda perlu hati-hati. Saat melawan Garuda di semifinal, mereka baru bisa melepaskan tekanan mental di kuarter ketiga. Yang jelas, publik basket Yogyakarta kembali disuguhi final berkelas dari dua tim papan atas.