Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Bertje Matulapelwa adalah sosok di balik sukses Indonesia menggondol emas pertama cabang sepak bola di SEA Games. Catatan itu juga menempatkan dirinya sebagai pelatih lokal pertama yang mampu mempersembahkan emas SEA Games. Mirisnya, hingga kini belum ada pelatih lokal yang menyanggupi torehan tersebut.
Selama keikutsertaan Indonesia di SEA Games, baru dua emas dari cabang sepak bola yang berhasil dibawa pulang, yaitu SEA Games 1987 dan 1991.
Nakhoda lokal asal Maluku, Bertje Matulapelwa, menjadi aktor pada 1987. Raihannya baru berhasil diimbangi oleh arsitek asing berkebangsaan Rusia, Anatoli Polosin, pada 1991.
Hasil yang dicapai Bertje berawal dari pascakegagalan Indonesia di SEA Games 1985. Kala itu Indonesia hanya menempati peringkat empat.
Timnas Indonesia langsung tancap gas melihat beberapa ajang sudah menanti di depan. Bertje Matulapelwa langsung direkrut untuk meneruskan tongkat kepelatihan dari tangan Trio Basiska (Muhammad Basri, Iswadi Idris, dan Abdul Kadir).
Event besar yang dihadapi Bertje pun tak main-main. Asian Games 1986, SEA Games 1987, dan Kualifikasi Olimpiade 1988 menjadi ujian berat sang mentor baru.
Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) kala itu lebih menginginkan prestasi tinggi sepak bola diraih di SEA Games 1987 daripada di Asian Games 1986 atau Kualifikasi Olimpiade 1988 yang relatif lebih sulit. Di tangan Bertje, Indonesia mulai bangkit mengingat torehan bagus di Asian Games 1986. Indonesia mampu menembus semifinal dan berakhir di peringkat empat.
Namun, anak asuh Bertje membawa pelatihnya kembali kepada keadaan sulit menjelang dihelatnya SEA Games 1987 di Jakarta. Indonesia tersandung di Kualifikasi Olimpiade 1988 yang berlangsung tahun 1987. Indonesia gagal lolos ke Seoul karena menjadi juru kunci di babak penyisihan.
PSSI pun menyalakan sinyal alarm kepada Bertje. Menuju SEA Games 1987 dengan penuh hujatan, pasukan Garuda melangkah dengan keyakinan.
Harry Tjong, mantan pelatih timnas, juga turut memberikan motivasi. Menurutnya masih ada kemungkinan Garuda menjuarai ajang dua tahunan di Asia Tenggara tersebut dan kans Indonesia masih terbuka lebar meskipun gagal di Kualifikasi Olimpiade 1988.
Suasana Tim Lebih Kondusif