Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Robby Maruanaya kecewa berat terhadap keputusan manajemen Perseru Serui memberhentikannya sebagai pelatih kepala di pengujung putaran pertama LSI 2014. Pemberitahuan dilakukan hanya sehari menjelang laga Perseru vs Persiram, Sabtu (3/5) di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Hati sang mentor pilu karena berada jauh dari kampung halaman. Pada wartawan Harian BOLA di Yogyakarta, Gonang Susatyo, Robby meluapkan kegusarannya.
Bagaimana proses diberhentikannya Anda sebagai pelatih Perseru?
Semua terkesan mendadak. Saat di Surabaya untuk menghadapi Persebaya, saya diberi tahu tidak boleh mendampingi tim. Saya juga tidak diikutkan dalam penentuan pemain yang diturunkan. Hanya, saya masih tetap di bench karena tidak ada surat resmi pemberhentian. Saat melawan Persiba Bantul, saya masih mendampingi tim meski sudah tidak dilibatkan lagi.
Lalu, kapan Anda menerima surat resmi pemberhentian itu?
Saya menerima surat tersebut sehari menjelang melawan Persiram. Laga melawan Persiram dilaksanakan pada Sabtu lalu. Dalam surat itu, ada dua poin yang menjadi alasan pemecatan. Saya dinilai gagal mengangkat prestasi Perseru. Yang kedua, saya dianggap tak punya lisensi A, tapi surat keterangan saja.
Apakah Anda memang tidak memiliki lisensi A seperti yang disyaratkan PT Liga Indonesia?
Hal ini yang membuat saya bertanya-tanya. Anggapan itu seperti mencari-cari alasan saja. Saat Perseru ke LSI, manajemen menanyakan hal itu. Saya tegaskan saya memiliki lisensi A AFC. Saya mengikuti kursus untuk lisensi A AFC pada 2002 bersama Rahmad Darmawan, Sartono Anwar, dan masih banyak lagi.
Saya hanya kurang satu topik yang kemudian saya diikutkan dalam kursus pada 2008. Saat itu, saya bersama Aji Santoso, Freddy Muli, dan Suimin Diharja. Persoalannya, semua sudah menerima ijazah dari kursus itu. Hanya saya yang belum mendapatkannya.
Namun, dari 64 pelatih yang punya lisensi A AFC, saya termasuk salah satunya. Bila saya tak punya lisensi yang disyaratkan, PT LI tentu sudah menyampaikan kepada klub untuk memenuhi persyaratan itu sebelum kompetisi digulirkan.
Bagaimana dengan surat keterangan kelulusan bahwa Anda sudah mengikuti kursus lisensi A AFC?
Persoalannya, saya menjadi satu-satunya pelatih yang belum menerima surat kelulusan atau lisensi itu. Akan tetapi, Pak M. Zein, yang dulu berada di bagian SDM di PSSI, berniat membantu saya. Kebetulan beliau akan ke Malaysia. Ia akan membantu mengurus lisensi A AFC saya yang belum keluar.
Anda dicap gagal menangani tim Perseru?
Ingat, saya berjuang keras membawa Perseru promosi ke LSI. Kami lolos ke final Divisi Utama dan menjadi runner-up. Pada musim ini, kompetisi pun belum selesai satu putaran.
Bagaimana perasaan Anda diberhentikan secara mendadak?
Tentu saya kecewa. Saya seperti tidak dihargai. Biar bagaimanapun, saya yang mengantar Perseru promosi. Namun, balasannya seperti ini. Saya diberhentikan saat berada di Jawa ketika mengikuti tim melakukan tur di sini. Mengapa tidak saat saya berada di Papua. Saya ini kan melatih tim Papua. Keluarga besar saya kecewa. Istri saya sampai sakit. Saya meninggalkan anak-istri demi tim, tapi begini balasannya.
Apa tindakan Anda setelah resmi diberhentikan oleh klub?
Saya juga akan menuntut hak untuk diselesaikan. Saya diberhentikan, bukan mengundurkan diri. Yang membuat kecewa, mengapa saya diperlakukan seperti ini. Padahal, saya tak pernah menuntut apa-apa. Boleh dibilang saya pelatih LSI termiskin.
Bagaimana sesungguhnya perhatian klub terhadap Anda sebagai pelatih selama Perseru berkompetisi di LSI?
Ada beberapa hal yang tidak sesuai dengan kesepakatan. Saya seharusnya mendapatkan ganti untuk biaya operasi mata. Namun, operasi itu, yang rencananya dilakukan saat saya berada di Surabaya bersama tim, akhirnya dibatalkan. Pasalnya, klub tidak membiayai.
Sumber: Harian BOLA (Penulis: Gonang Susatyo)