Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Riuh teriakan orang tua dan guru memenuhi sebagian Lapangan Bima Sakti, Balikpapan. Sesekali bunyi deru pesawat terbang melintas rendah terdengar lantaran lapangan terletak dekat Bandara Sepinggan.
Pagi itu, Lapangan Bima Sakti sedang digunakan untuk menggelar pertandingan sepak bola mini antartaman kanak-kanak di Balikpapan.
Lapangan yang berada di Kompleks Lanud Balikpapan itu memang mengambil nama dari legenda hidup sepak bola nasional, Bima Sakti. Semasa kecil Bima kerap menghabiskan waktunya menggocek si kulit bundar di lapangan dekat kediamannya.
Rumah Bima ketika itu terletak di dalam kompleks Lanud. Tidak salah apabila lapangan itu menjadi bagian dari jejak Bima hingga bisa menjadi pesepak bola seperti sekarang.
Sebagai bentuk penghargaan dan kebanggaan, sekitar satu dasawarsa lalu Danlanud saat itu memberi nama lapangan di kompleks Lanud dengan nama putra pasangan Tukiman dan Yuliani itu.
Bima pantas jadi kebanggaan dan bahkan jadi sosok inspirasi bagi pesepak bola muda. Di usianya yang sudah mencapai 38 tahun, gelandang yang kini memperkuat Mitra Kukar itu masih mampu bermain selama 90 menit dan bersaing dengan pemain yang jauh lebih muda.
Bima dengan terbuka berbagi rahasia kebugaran dan kesehatannya. “Saya menjaga kondisi tubuh dengan mengontrol pola makan. Sehari saya hanya makan sekali, siang hari. Pagi dan sore minum teh,” ujarnya saat ditemui Harian BOLA di Tenggarong.
Selain itu, saat tidak ada jadwal latihan bersama tim, kapten timnas di Kualifikasi Olimpiade 1996 itu tetap berlatih sendiri. “Cukup dengan lari kecil karena pada prinsipnya hanya untuk menjaga kebugaran,” ucapnya.
#BOLA untuk Indonesia - Bangga Sepak Bola Kita
Sumber: Harian BOLA (Penulis: Aning Jati)