Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers
Kekalahan dari Liverpool telah mengancam peluang Manchester City meraih gelar EPL musim ini. Kepiluan Citizen seolah kian lengkap karena mereka kini juga berpotensi mendapatkan sanksi dari UEFA.
City dikabarkan menjadi salah satu dari sekitar 20 klub yang saat ini masuk dalam pengawasan UEFA. Klub milik taipan asal Uni Emirat Arab, Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan itu dianggap telah melanggar regulasi UEFA terkait pelaksanaan Financial Fair Play (FFP).
Demi mencegah klub-klub dari ancaman pailit serta membuat kompetisi di Eropa lebih merata, sejak dua musim silam UEFA mulai memberlakukan FFP. Regulator kompetisi di Benua Biru itu menghendaki agar sebuah klub tidak membelanjakan uang lebih banyak ketimbang jumlah pemasukan yang didapatkan.
Untuk musim 2011/12-2012/13, UEFA masih memberikan toleransi bahwa sebuah klub boleh merugi maksimal 45 juta euro per musim (atau 37,2 juta pound). Batasan tersebut akan meningkat pada musim 2015 hingga 2018, di mana defisit anggaran klub-klub di Eropa hanya boleh menunjuk angka 25 juta euro per musim.
Dalam hal ini, City sudah tidak memenuhi kriteria tersebut. Pada dua musim terakhir Citizen mencatat kerugian sebesar 149,5 juta pound. Pada tahun anggaran 2012, City merugi hingga 97,9 juta pound. Rapor anggaran City membaik pada tahun lalu. Kendati demikian, kerugian yang mereka alami masih berada di luar batas toleransi UEFA yakni sebesar 51,6 juta pound.
Jika terbukti melakukan pelanggaran terhadap FFP, City berpotensi menerima sanksi. Hukuman paling ringan bisa jadi hanya akan berupa teguran. Namun, Citizen akan gigit jari andai UEFA menjatuhkan vonis berupa embargo transfer atau yang paling berat mendiskualifikasi mereka dari Liga Champion musim depan. Putusan final tentang nasib City itu akan segera diketahui pada awal Mei nanti.