Terverifikasi Administratif dan Faktual oleh Dewan Pers

83 Pemain Terkemuka Timnas Indonesia (2)

By Suryo Wahono - Selasa, 15 April 2014 | 16:05 WIB

Putih di berbagai ajang antarnegara. Tiap masa dan periode memiliki tingkat kesuksesan sendiri. Di sini FourFourTwo Indonesia memilih 83 serdadu sepak bola Indonesia yang kami anggap terkemuka. Tak ada metode khusus untuk menentukan siapa yang mesti masuk dalam daftar ini. Hanya rasa hormat yang dalam yang jadi landasannya.

(4) Djamiat Dalhar; Yogyakarta, 25 November 1927

Djamiat Dhalhar adalah salah satu bomber terpanas yang pernah dimiliki Indonesia. Perannya di dalam tim juga agak istimewa karena merupakan spesialis algojo tendangan penalti Merah-Putih.

Selain menjadi penyerang tengah, Djamiat juga bisa berperan sebagai kiri dalam jika diturunkan bersama Ramang. Pencapaian terbaik Djamiat adalah mencetak lima gol di empat laga timnas kala meraih peringkat empat di Asian Games 1954. Di babak penyisihan, ia mencetak empat gol, yakni dua gol ke gawang India dan dua gol lainnya ke Jepang, guna meloloskan Merah-Putih ke semifinal. Namun, ia sempat gagal mengeksekusi tendangan penalti saat timnas kalah 2-4 dari Cina di semifinal. Di perebutan medali perunggu, Djamiat juga sempat mencetak satu gol. Sayang timnas kalah tipis 4-5 dari Burma dan gagal menggondol medali perunggu.

Selain Asian Games 1954, Djamiat juga masuk dalam skuad timnas di Olimpiade Melbourne 1956.

(5) Ramang; Barru, 24 April 1928

Ramang mungkin menjadi satu-satunya pemain Indonesia yang pernah mendapat penghormatan secara khusus dari FIFA. Tepat di saat 25 tahun perginya sang legenda, federasi sepak bola dunia tersebut menampilkan halaman khusus di website mereka terkait kehebatan seorang Ramang, terutama di ajang Olimpiade 1956.

Ramang memang tidak mencetak gol di dua laga melawan Uni Soviet, yang kala itu sangat disegani dan akhirnya menjadi kampiun di Olimpiade 1956. Namun dalam artikel yang berjudul Indonesia who inspired ‘50s meridian itu dikisahkan bahwa beberapa aksi Ramang sangat merepotkan barisan pertahanan Uni Soviet. Bahkan, kiper ternama sekelas Lev Yashin pun sempat dibuatnya kerepotan.

Ketajaman Ramang sudah muncul sejak dua tahun sebelumnya, yakni kala menjadi mesin gol skuad Merah-Putih di Asian Games 1954. Tiga gol ia cetak (masing-masing ke gawang Jepang, India dan Birma) untuk mengantarkan Indonesia ke peringkat empat di ajang tersebut.

Namun, Ramang punya kelemahan: kaki kirinya kurang begitu bagus. Ia sering sulit mencetak gol jika menerima umpan di kaki kiri. Itu pernah diungkapkan Tee San Liong, rekan setimnya di timnas, di harian Suara Karya pada Januari 1976. Namun, San Liong juga bilang bahwa jika menerima bola dengan kaki kanan, Ramang sangat mampu mencetak gol. Bayangkan jika kedua kakinya hidup.

(6) Sutan Harhara; 19 Agustus 1952

Di ajang pra-Olimpiade 1976, Sutan Harhara merupakan pilihan utama untuk menempati pos bek sayap kanan timnas. Terbukti, ia selalu tampil penuh pada empat laga di fase grup. Tak hanya untuk menggenapi keberadaan 11 pemain di lapangan, Sutan kerap tampil enerjik dari sisi sayap, baik saat bertahan maupun naik membantu serangan. Beberapa umpan matang Sutan bahkan sempat direalisasikan menjadi gol oleh Junaedi Abdillah maupun Risdianto, dua rekannya di lini depan.

Sayang, di laga final ia harus absen karena mengalami cedera paha saat latihan. Namun secara garis besar, peran Sutan sebagai bek sayap cukup mendongkrak performa timnas di ajang tersebut.

bersambung

(Penulis: Achmad Lanang, Martinus Raya Bangun, Majalah Four Four Two Edisi April 2013)